Krjogja.com -Karanganyar – Sebanyak 23 anak mengikuti ruwatan massal secara adat Jawa di halaman pendopo Raden Mas Said Kabupaten Karanganyar, Senin (18/11). Anak-anak itu diharapkan terbebas dari petaka usai upacara buang sial. Ruwatan ini membutuhkan sejumlah sesajen. Seperti kain mori putih, bunga setaman, makanan jajan pasar, serta alat dapur lengkap. Ruwatan dipimpin ki Dalang Purbo Asmoro yang memulainya dengan pagelaran wayang kulit lakon Sudamala. Pentas wayang kulit berdurasi 1,5 jam itu menceritakan Batara Guru yang mengutus Batara Narada, Batara Brahma, dan Batara Wisnu untuk mencegah Batara Kala berbuat onar di dunia saat mencari anak sukerto atau anak pertanda sial. Ketiganya menyamar menjadi Dalang Kandabuwono, pemain kendang, dan tukang gender, serta dilengkapi dengan bacaan mantra untuk mencegah kekacauan.Setelah berhasil mengusir Batara Kala, para dewa tersebut bertemu Batara Bayu yang ditugaskan untuk membawa mereka kembali ke Kahyangan Swargaloka.
Baca Juga: Prediksi Skor dan Line Up China vs Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Pj Bupati Karanganyar Timotius Suryadi mengatakan ruwatan massal bagian dari warisan budaya nenek moyang. Kebetulan memperingati Hari Jadi Kabupaten Karanganyar ke-107, tradisi buang sial itu dimunculkan lagi. Budaya itu sangat berbeda dengan agama yang dianut masyarakat saat ini, sehingga jangan diperdebatkan.
“Ruwatan sudah mulai punah. Ini bagian dari sarana berbudaya dan merawat tradisi,” katanya. Prosesi dilanjutkan pemotongan rambut kepala oleh ki Purbo Asmoro. Satu per satu anak ruwat menghampiri ki dalang, mengantre dipotong rambutnya. 23 anak itu dari 11 keluarga. Puluhan anak penyandang sukerta atau kesialan itu diantaranya Ontang-Anting (anak tunggal laki-laki), Unting-unting (anak tunggal perempuan), Uger-uger lawang (dua anak seluruhnya laki-laki), Kembang sepasang (dua anak seluruhnya perempuan), Cukil Dhulit (tiga anak seluruhnya lelaki) Gotong Mayit (tiga anak seluruhnya perempuan), Julung sungsang (anak yang lahir pada saat tengah hari) dan sebagainya. Baca Juga: Prediksi Skor Palestina vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia Prosesi kemudian dilakukan pelepasan burung merpati oleh para orangtua anak ruwat. Prosesi terakhir memecahkan kendi berisi air bunga. Didalamnya juga ada beberapa keping uang koin. Uang inilah kemudian direbutkan. Dipercaya, menyimpan uang koin ruwatan membawa rezeki bagi pemiliknya.
Annisa, warga Palur Karanganyar mengatakan dua anaknya diruwat. Satu anak lelaki dan satu anak perempuannya digolongkan kendhana-kendhini. “Mengikuti tradisi saja. Kalau ruwatan mandiri enggak mampu. Kebetulan difasilutasi pemerintah. Harapannya masa depan anak cerah dan terbebas dari kesialan,” katanya. (Lim)