Sedikitnya ada 15 jalan di Kota Bandung yang menggunakan nama orang asing. Bagaimana asal-usulnya? LENGKONG, AYOBANDUNG.COM — Nama jalan di Kota Bandung tidak terlepas dari sosok maupun organisasi yang memiliki jasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beberapa nama yang dapat Anda temui misalnya Jalan Mohammad Toha, Jalan Otto Iskandar Dinata, Jalan Dewi Sartika, Ir H Juanda, hingga R.E Martadinata.
Baca Juga: Bandung Baheula: Tegallega Tempat Pacuan Kuda para Juragan Selain itu, nama jalan di Kota Bandung juga diambil dari nama badan atau organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, di antaranya Jalan Laswi (Laskar Wanita Indonesia) dan Jalan BKR (Badan Keamanan Rakyat).
Asal-usul 15 jalan di Bandung yang gunakan nama orang asing Selain itu, ada juga nama-nama jalan yang diambil dari nama asing. Bagaimana asal-usul hingga dijadikan nama jalan dan dipertahankan hingga kini? Berikut daftaranya: 1. Jalan Marconi Bernama lengkap Giuglielmo Marconi, tokoh ini merupakan penemu wireless telegraph (1896). Dia menerima hadiah Nobel bidang Fisika tahun 1909. 2. Jalan Morse Samuel Finley Breese Morse, nama lengkapnya, merupakan lulusan Yale University yang dikenal sebagai penemu dan pengembang telegraph electronic. Morse juga dikenal sebagai pencipta Morse Code, selain sebagai pelukis yang cukup terkenal di Amerika. Baca Juga: Bandung Baheula: Kulinér Roti Légendaris di Bandung 3. Jalan Van de Venter Nama Van de Venter lekat dengan kebijakan politik etis atau politik balas budi di tanah jajahan Hindia-Belanda. Praktik politik ini memungkinkan diterapkannya pendidikan modern yang dikemudian hari melahirkan para intelektual Bumiputra. 4. Jalan Multatuli Di antara Jalan Dipatiukur dan Jalan Raden Patah terselip jalan Multatuli. Dia adalah Douwes Dekker, tokoh pergerakan nasional, pendiri Indische Partij, seorang Indo yang sangat berpihak pada rakyat Indonesia. Douwes Dekker kemudian berganti nama menjadi Dr Danoedirdja Setyaboedi (diabadikan dengan Jalan Dr Setiabudi). Baca Juga: Bandung Baheula: Masjid Mungsolkanas Masjid Pangkolotna di Bandung 5. Jalan Prof Eijkman Nama lengkapnya Christiaan Eijkman, dokter lulusan Universitas Amsterdam yang bertugas di Hindia Belanda tahun 1883-1885 atau pulau Asia. Dia kemudian meneliti bakteri penyakit beri-beri bersama Robert Koch. Prof Eijkman pernah menjadi direktur laboratorium patologi dan bakteriologi STOVIA (sekolah dokter pertama di Indonesia yang melahirkan tokoh tokoh perintis kemerdekaan Indonesia). Puncak prestasinya adalah ketika menemukan Vitamin B1 (Thiamine). Temuan yang mengantarkan Eijkman, guru besar di Utrecht University, diganjar hadiah Nobel untuk bidang Kedokteran tahun 1929. 6. Jalan Dr Currie Marie Currie merupakan istri dari Pierre Currie. Sebelum menikah dengan Pierre, dia bernama Maria Sklodowska (Polandia). Marie Currie adalah wanita pertama penerima Hadiah Nobel. Dia bahkan dua kali mendapatkan Nobel untuk dua bidang ilmu yang berbeda. Tahun 1903 bersama Hendri Becquerel dan Pierre Currie, Marie Currie mendapat Nobel untuk bidang Fisika. Pada tahun 1911 giliran dia mendapatkan Nobel untuk bidang Kimia. Marie Currie terkenal dengan penelitian dan penemuannya mengenai radioaktif dari uranium. Baca Juga: Bandung Baheula: Kampung Kreatif Lokomotif Cicukang dan Kisah Lamanya Menjadi profesor wanita pertama yang mengajar di Universitas Sorbone Paris, dia mendirikan Radium Institut (institut du Radium) di University of Paris. Marie Currie wafat karena Luekimia yang disebabkan radioaktif/radiasi yang menjadi bahan utama penelitiannya. Untuk mengenang dan menghormati jasanya, pemerintah Perancis pada tahun 1995 menyimpan abu jenazahnya di Pantheon Paris. Kota Bandung mengenang jasanya dengan menyematkan namanya sebagai nama salah satu ruas jalannya. 7. Jalan Dr Erlich Sebenarnya kata yang lebih tepat untuk salah satu jalan di Bandung ini adalah Ehrlich. Nama lengkapnya Paul Ehrlich, dokter lulusan Universitas Leipzig Jerman, yang merintis penelitian dalam bidang Hematologi, imunologi, Chemotherapy, dan Sterilisasi. Dia mendapat hadiah Nobel untuk bidang kedokteran pada tahun 1908. 8. Jalan Nyland Nama lengkapnya Anton Albert Nijland. Dia merupakan penemu vaksin kolera (1911). Baca Juga: Bandung Baheula: Secuil Sejarah Jalan Asia Afrika dan Gedung Merdeka 9. Jalan Rontgen Nama lengkapnya Wilhelm Conrad Rontgen (1845-1923), Guru Besar Fisika di Universitas Strasbourg, Giessen, Wurzburg dan Munich, yang dikenal luas sebagai penemu sinar X. Penemuannya ini memberikan kontribusi yang luar biasa bagi dunia kedokteran. 10. Jalan Dr Otten Dr L Otten adalah penemu vaksin pes (sampar) pada tahun 1934 dan juga vaksin cacar (1917) ketika bertugas di Hindia Belanda. 11. Jalan Bosscha Nama lengkapnya Karel Rudolf Bosscha. Pada tahun 1923 bersama Nederlandsch Indische Sterrenkundige Vereeniging (perkumpulan ahli asronomi Hindia Belanda), dia mendirikan peneropong bintang di Lembang yang kini dikenal sebagai Observatorium Bosscha. Keberadaan teropong ini mulai terganggu dengan maraknya pembangunan fisik di sekitar Bandung Utara dan Lembang. 12. Jalan Pasteur Nama ini kerap dilafalkan ‘Pastur’ dan banyak orang mengasosiasikannya dengan pendeta katolik. Yang betul, nama jalan ini diambil dari Louis Pasteur (1822-1895), ilmuwan yang sangat berjasa dalam bidang Iptek, kedokteran, dan industri. Pasteur adalah penemu vaksin rabies, antraks, dan penemu proses pasteurization. Pasteur mendapatkan gelar PhD pada usia 26 tahun dari Ecole Normale Superieure Paris. Bio Farma adalah salah satu lembaga yang terus mengembangkan vaksin, yang dasarnya adalah penemuan dari Louis Pasteur. Jalan ini menjadi salah satu jalan terpadat di Kota Bandung dan juga menjadi batas wilayah utara dan selatan Bandung. Baca Juga: Bandung Baheula: Masjid Mungsolkanas, Masjid Tertua di Bandung 13. Jalan Dr Setiabudi Nama ini memang sangat ‘Indonesia’, namun orang sering lupa riwayat lengkap beliau. Dr Danoedirdja Setyaboedi adalah pahlawan nasional dan pernah lama tinggal di salah satu rumah di jalan Dr Setiabudi, Kota Bandung, ketika masih bernama Lembang Weg atau Jalan Lembang. Penulisan namanya pun beragam: Setia Budi, Setyabudi, Setiabudhi, dan lain-lain. Kini Jalan Setiabudi identik dengan Jalan Rumah Mode yang selalu macet setiap akhir pekan. 14. Jalan Westhoof atau dr Cha Sekarang di Bandung orang lebih mengenalnya sebagai Jalan Cicendo. Wethoof adalah dokter spesialis mata, direktur pertama oogenziekenhuis “Wilhelmina”, sekarang RS Mata Cicendo, yang jadi Pusat Rujukan Kesehatan Mata Nasional. Tokoh ini adalah juga pendiri Rumah Buta yang kemudian menjadi Wyata Guna. 15. Jalan (Adolf) HOMANN Nama pendiri dan pemilik pertama Hotel Homann diabadikan sebagai nama jalan kecil di samping hotel legendaris yang beralamat di Jalan Asia Afrika tersebut. Salah satu peristiwa bersejarah di Hotel Homann adalah acara jalan kaki bersama para delegasi negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 1955. Baca Juga: Bandung Baheula: Kulinér Roti Légendaris di Bandung Aksi yang kemudian dinamai “historical walk” ini diperingati secara rutin sebagai bagian dari upaya mengawetkan sekaligus menggali lagi semangat antipenjajahan yang mengemuka selama konferensi. Dari 15 jalan di Kota Bandung di atas, mana jalan yang sering kamu lalui?