Harianjogja.com, SOLO-Gibran Rakabuming Raka dinilai lebih baik maju di Pilkada Jawa Tengah daripada Pilada DKI Jakarta. Psikolog politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Moh. Abdul Hakim menilai peluang putra sulung Presiden Joko Widodo itu jauh lebih besar untuk memenangi Pilkada Jateng karena preferensi pemilih di Jakarta saat ini condong ke pemimpin islami.
Hal itu berdasarkan hasil sejumlah survei yang muncul, salah satunya dari Charta Politika yang baru-baru ini dirilis.
PROMOTED:
Resmikan IKM di Umbulharjo, Dinas Perinkopukm Jogja Berharap IKM Naik Kelas
“Dari survei, Mas Gibran peluang paling besar di Jateng. Selisihnya jauh dari nama lain. Seperti survei Charta Politika. Kalau di Jakarta, nama dia masuk ke radar tapi bukan kandidat dengan elektabilitas tertinggi,” ujar dia kepada Solopos.com, Kamis (13/10/2022.Abdul Hakim mengatakan saat ini Jakarta cenderung ke ideologi Islami sejak Anies Baswedan memimpin.Artinya, dia melanjutkan, preferensi politik masyarakat di Jakarta sekarang ini cenderung kepada pemimpin Islami.. Prakiraan Cuaca DIY: Siang Berawan, Malam HujanDengan kondisi seperti itu, Abdul Hakim melihat Gibran punya tiga tantangan besar yang harus diselesaikan.Pertama menaikkan popularitasnya agar mayoritas warga Jakarta mengenalnya. Kedua, Gibran harus menaikkan elektabilitas.
“Ketiga yang tidak kalah penting, Gibran harus mampu menurunkan tingkat resistensi masyarakat Jakarta terhadap tokoh-tokoh yang diusung PDIP. Resistensi masyarakat Jakarta saat ini cukup tinggi, setelah Djarot dan kasus Ahok,” kata dia.Apalagi, Abdul Hakim mengatakan, gerakan-gerakan politik Islam di Ibu Kota akhir-akhir ini semakin menguat.Kondisi itu menurut dia pasti akan menjadi tantangan tersendiri buat Gibran bila nekat maju di Pilkada DKI Jakarta kelak.
“Kalau di Jateng berbeda, elektabilitas [Gibran] sudah tinggi dan resistensinya rendah. Kalau di Jakarta elektabilitasnya kategori menengah tapi resistensinya cukup tinggi. Sehingga bila bicara peluang ya tinggi di Jateng,” urai dia.Aspek lain yang menurut Abdul Hakim harus diperhatikan yaitu sederet pernyataan Gibran untuk tidak meninggalkan Solo.Dari pernyataan itu masyarakat mengambil kesimpulan bahwa Gibran berkomitmen bertahan di Solo.“Media dan publik merekam pernyataan Gibran untuk tidak meninggalkan Solo alias berkomitmen menyelesaikan masa jabatan sebagai Wali Kota Solo. Ini akan jadi preseden buruk bila dia akhirnya memutuskan maju Jakarta,” ujar dia.
Namun situasinya berbeda bila Gibran pada akhirnya memilih untuk maju di Pilkada Jateng.“Kalau Gibran maju ke Jateng mungkin publik masih memaafkan. Tapi bila ke Jakarta, saya duga serangan politiknya jauh lebih tajam,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos