Jakarta, CNBC Indonesia – Ancaman resesi global bukan hanya membuat pengusaha ketakutan, namun juga kalangan buruh. Salah satu ancaman terbesarnya adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Bahkan ada prediksi jumlahnya bakal lebih masif dibanding awal pandemi Covid-19 lalu.
“Kalau benar resesi terjadi dan pemerintah lebih mendengar pemodal saya rasa akan lebih besar (jumlah PHK akibat resesi),” kata Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Riden Hatam Aziz kepada CNBC Indonesia, Jumat (14/10/22).
Ia menilai seharusnya pejabat dan pengusaha optimistis dalam menghadapi krisis global. Kalaupun mencari jalan keluar, maka solusi yang ditanamkan jangan langsung mengarah pada PHK.
–
–
“Jadi shock therapy, psikologis orang-orang jadi ketika terjadi PHK dianggap wajar, bener nih seolah-olah tindakan itu bener. Padahal kalau melihat prinsip keadilan ketahanan pertumbuhan ekonomi nggak di situ posisinya,” kata Riden.
Namun, beberapa jenis perusahaan perlu berhati-hati, utamanya dalam sektor padat karya dengan jumlah karyawan besar. Dari pengalamannya, perusahaan yang terancam ada dua jenis, pertama pabrik dengan mesin-mesin lama serta perusahaan yang tidak memiliki grup besar.
“Tempo hari PT Aditec produknya Quantum, siapa yang nggak kenal produknya kompor gas, tapi dia sendiri perusahaannya. Faktanya dalam tiga tahun terakhir kembang kempis. Kenapa? karena perusahaan sendiri macam keluarga, nggak punya jaringan. Jadi hulu-hilir dipangkas perusahaan-perusahaan raksasa 4 tahun lalu. Karyawan kerja beberapa hari. Upah beberapa bulan nggak dibayar. Padahal produknya laku sekali di pasaran,” kata Riden.
[-]
(hoi/hoi)