PIKIRAN RAKYAT – Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah merilis hasil riset dari International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) yang menyebutkan bahwa perempuan yang masuk kategori “rentan” kerap terbentur hambatan mental dalam penguasaan teknis dan keterampilan teknologi digital. “Padahal, kesetaraan gender pada dunia digital juga merupakan bagian dari cita-cita global dalam rumusan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,” kata Menaker dalam siaran prts di Jakarta pada Minggu, 16 Omtober 2022. Dia mengatakan hal itu saat menghadiri sekaligus menjadi pembicara pada peringatan Hari Lahir (Harlah) yang ke-55 tahun, Korps PMII Puteri (KOPRI) Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII).
Baca Juga: Mengenang Sosok Jenderal Hoegeng, Polisi yang Jujur dan Sederhana Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyoroti pentingnya penguasaan teknologi digital bagi perempuan, agar dapat memanfaatkan potensi ekosistem digital dengan maksimal.
“Penguasaan teknologi digital menjadi sangat strategis. Pengusaha perempuan memberikan kontribusi 9,1 persen terhadap PDB, masih di sektor UMKM. Angka ini masih sangat kurang, sementara 43 persen UMKM formal dimiliki perempuan, dengan 41,6 persen di bidang kuliner, 18 persen di fashion, dan 15 persen di kriya” “Peran perempuan super penting di era ini karena mampu mengantisipasi perubahan tuntutan dan perilaku pasar pariwisata dan ekonomi kreatif yang sangat uncertain, kompleks, dan memiliki ambiguity. Perempuan adalah yang paling mampu beradaptasi di era ini,” tutur Menparekraf. Baca Juga: Meski Start dari Posisi 10, Alex Rins Mampu Meraih Kemenangan di Depan Marc Marquez Menaker mengatakan, KOPRI sebagai organisasi pergerakan harus memberikan manfaat bagi kemajuan kaum perempuan yang dimulai dari diri masing-masing.