Dimuat Malay Mail pada Sabtu (15/10), Biden membuat pernyataan pada Kamis malam (13/10) dalam acara penggalangan dana pribadi Partai Demokrat di California. Menurutnya, Pakistan memiliki persenjataan nuklir yang berbahaya. Biden juga mempertanyakan protokol keamanan dari senjata nuklir milik Pakistan.Beberapa jam setelah transkrip pidatonya diunggah oleh Gedung Putih, Pakistan memanggil Duta Besar AS Donald Blome ke kantor luar negeri di Islamabad.
“Saya telah mendiskusikannya dengan perdana menteri, dan kami telah memanggil Duta Besar Amerika Serikat, untuk demarche (pandangan diplomatik) resmi. Saya terkejut dengan pernyataan Presiden Biden. Saya yakin ini adalah bentuk kesalahpahaman yang dibuat ketika lemahnya hubungan,” kata Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto Zardari.Hubungan Washington dengan Islamabad diketahui memang telah memburuk sejak tahun lalu, ketika AS mengakhiri perang dua dekade di Afghanistan.Meski demikian, Zardari memaklumi pernyataan spontan dari Biden tersebut, sebab pernyataannya itu disampaikan bukan dalam acara resmi, seperti pidato kenegaraan atau di parlemen.“Kita harus memberi mereka kesempatan untuk menjelaskan sikap ini. Saya tidak yakin bahwa ini akan berdampak negatif pada hubungan Pakistan dan Amerika Serikat,” tuturnya.AS sering mewaspadai hubungan dekat Pakistan dengan China terkait dengan koridor ekonomi senilai 54 miliar dolar (Rp 835 triliun) untuk membangun infrastruktur. Koridor itu disebut AS akan memberi jalan bagi China untuk menguasai Samudera Hindia.
Gedung Putih telah berulang kali memperingatkan Pakistan bahwa China akan diuntungkan dengan proyek tersebut, dan akan meninggalkan Pakistan dengan banyak utang. Namun Pakistan menepis pandangan AS itu, dengan mengatakan China merupakan teman dekatnya.Selain itu AS juga menyoroti kedekatan Pakistan dengan Rusia. Lantaran negara nuklir itu memilih abstain saat pemungutan suara di Majelis Umum PBB yang mengutuk pencaplokan Rusia atas empat wilayah Ukraina.