Nasaruddin Umar
Tausiah Politik
RM.id Rakyat Merdeka – Salah satu fenomena yang sering muncul dalam sebuah masyarakat yang dilanda krisis ialah sinkretisme. Sinkretisme sesungguhnya ialah penggabungan beberapa nilai-nilai dari luar dengan nilai-nilai yang selama ini dipegang.
Sinkretisme yang ditekankan dalam tulisan ini ialah sinkretisme agama, yaitu penggabungan beberapa paham atau aliran agama atau kepercayaan, diramu menjadi satu kesatuan dan bekerja sebagai suatu sistem nilai religius baru pada diri seseorang atau suatu masyarakat.
Berita Terkait : MessianismeMungkin saja sinkretisme itu penggabungan satu atau beberapa agama sekaligus, sehingga tampak adanya sintesa antara suatu kelompok ajaran dan kelompok ajaran agama lain.
Manusia yang semakin bebas dan merasa otonom terhadap dirinya sendiri, akan mengurangi respek dan loyalitas kepada ketokohan orang perorangan. Mereka merasa mampu menemukan sendiri nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan kondisi obyektif dirinya sendiri. Termasuk mereka juga merasa sangat merdeka dan otonom menentukan pilihan pandangan hidupnya.
Berita Terkait : IndividualismeBahkan mereka juga merasa otonom memilih agama dan kepercayaannya. Jaringan informasi yang sedemikian luas dan gampang diakses, mungkin bisa membaca dan mengakses nilai-nilai yang hidup di benua lain. Manusia sudah semakin mengglobal, sehingga mereka akan mengakomodir nilai-nilai yang dianggap positif dari luar. Akibatnya, sinkretisme sulit dihindari. Globalisasi sangat memungkinkan seseorang melakukan praktek sinkretisme.
Yang menjadi masalah ialah, tidak semua agama mengakui kebolehan sinkretisme. Agama bukan sistem ideologi yang bisa dibentuk berdasarkan persepakatan sang users atau stakehorders.
Berita Terkait : HedonismeAgama diyakini dari Tuhan Yang Maha Otonom dan Maha Mutlak, sehingga kelompok agama tertentu, khususnya agama-agama anak-anak cucu Nabi Ibrahim, yang biasa disebut Abrahamic Religions.
Agama-agama ini mempertahankan orisinalitas ajaran agamanya, karena mereka sangat yakin agama ini bukan ciptaan manusia, tetapi turun dari langit, melalui nabi atau rasul, dan lebih khusus lagi memiliki kitab suci. Apa yang tertera di dalam kitab suci, begitulah adanya sebuah agama, tidak perlu diotak-atik lagi.
Selanjutnya