Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga berpendapat spekulasi mengenai pertemuan Anies-Andika dinilainya hal yang wajar lantaran kedua tokoh tersebut sama-sama diusung Partai Nasdem dan berpeluang akan dipasangkan. Namun, Jamiluddin menuturkan peluang untuk memasangkan Anies-Andika sangat kecil kemungkinan terjadi. Pertama, Anies dan Andika sama-sama diusung dari Partai Nasdem yang kurang memiliki banyak suara untuk mencapai presidential threshold.
Oleh karena itu, partai lain akan sulit menerima keduanya dipasangkan sementara PT Partai Nasdem hanya di bawah 10 persen. Berbeda halnya bila Partai Nasdem memenuhi PT 20 persen, maka tidak masalah mengusung pasangan dari partainya. “Partai Nasdem, suka tidak suka harus mau menerima cawapres dari partai lain untuk memenuhi PT 20 persen. Jadi, partai lain tentu akan mengajukan calonnya yang juga punya potensi untuk menjadi cawapres,” kata Jamiluddin kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (16/10).Menurutnya, partai politik lain perlu menampilkan calon untuk bisa mengerek suara di Pemilu 2024, seperti Demokrat dan PKS. Semisal, Anies Baswedan dipasangkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk turut mendulang suara Partai Demokrat. “Partai Demokrat misalnya, pasti mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk mendampingi Anies. Apalagi elektabilitas AHY sangat layak untuk menjadi cawapres,” katanya.
Kemudian, lanjut Jamiluddin, AHY juga memiliki elektabilitas tinggi, sehingga paling pas dan cocok Anies bersama AHY. “AHY selain punya elektabilitas bagus, juga memiliki perahu. Karena itu, kalau Partai Demokrat ngotot minta jatah cawapres tentu sangat logis dan sesuai realitas politik,” tutupnya.