Survei Indeks Literasi Digital, Hoaks di Indonesia Masuk Kategori ‘Sedang’

Survei Indeks Literasi Digital, Hoaks di Indonesia Masuk Kategori ‘Sedang’

17 October 2022, 11:35

PIKIRAN RAKYAT – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) terus melakukan pemahaman kepada masyarakat tentang bahayanya hoax atau berita bohong. Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. “Karena itu perlu dilakukan Workshop Literasi Digital dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital,
budaya digital, dan keamanan digital,” demikian siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu 15 Oktober 2022. Bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berkolaborasi dalam penyelenggaraan “Workshop Literasi Digital” itu bertujuan memberikan pemahaman mengenai Literasi Digital kepada masyarakat. Baca Juga: Teddy Minahasa Jadi Tersangka Kasus Narkoba, Edi Hasibuan: Harap Diberikan Hukuman Paling Berat Workshop doadakan di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo.Nusa Tenggara Timur beberapa waktu lalu. Tema workshop adalah “Pemahaman Pemakaian Sosial Media Dalam Melakukan Filter Terhadap Berita Hoax” dengan narasumber P.D. Indriastuty seorang Key Opinion Leader (KOL), Ferdinandus Lidang Witi sebagai tokoh pendidikan, dan Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch. Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Ende, Supriyanto menyatakan bahwa semakin maraknya kejahatan siber dan hoax adalah akibat masyarakat hanya mengetahui cara menggunakan Internet tanpa memahami etika penggunaannya. Baca Juga: Ridwan Kamil: Kagok Edan “Pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya agar nilai-nilai kebenaran dan etika dapat dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dalam menggunakan teknologi digital,” tuturnya. Selanjutnya, Indriastuty yang akrab disapa Tuteh dalam paparannya menyampaikan kebiasaan ingin dianggap paling pertama tahu tentang sesuatu merupakan racun di
dalam masyarakat. Hal ini membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi terhadap suatu informasi agar cepat menyebarkan informasi itu. Lebih lanjut, Tuteh memaparkan bahwa ada enam cara untuk menangkal hoaks di masyarakat, yaitu 1. Waspadai judul berita yang provokatif
2. Cermati situs berita yang dibaca
3. Cek keaslian foto/video yang tersebar
4. Saring sebelum sharing
5. Ikuti situs antihoaks
6. Jangan berhenti menyebarkan informasi cara menangkal hoax Sejalan dengan materi yang disampaikan oleh Tuteh, Ferdinandus Lidang mengingatkan
peserta untuk selalu menjaga keamanan akun media sosial saat beraktivitas secara digital. “Hati-hati mengklik tautan di media sosial, karena dapat mengakibatkan akun kita diakses dan kita dapat menjadi korban hoax” tuturnya. Baca Juga: Hotman Paris Mengamuk, Sindiran Hotma Sitompul Soal Pengacara Biang Kerok Anti Perdamaian Diduga Jadi Sebab Sesi terakhir diisi oleh Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital. Pria yang akrab disapa Ibe ini mengungkapkan fakta bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum siap dalam menghadapi era digital, terutama dalam hal etika. “210 juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan internet dan sepertiga dari hidup
orang Indonesia ada di dunia digital. Tapi, ternyata masyarakat Indonesia masih menempati peringkat terbawah, sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara.” tuturnya. Kadis Kominfo Nagekeo Andreas Ndona Corsini menuturkan bahwa masih banyak masyarakat yang menggunakan media sosial tanpa berpikir cara menjaga sikapnya. Baca Juga: Satu Rumah Lagi, Lesti Kejora Kedapatan Kembali Mesra dengan Rizky Billar, Netizen: Hati-hati Bonyok “Mereka (pengguna media sosial) mengatakan bahwa mereka punya hak dalam mengekspresikan diri. Saya bilang, Anda tidak tinggal di pulau terpencil, tetapi berhubungan dengan banyak orang, oleh karena itu perlu menggunakan etika dalam bermedia sosial,” tuturnya. Kegiatan Workshop di Kabupaten Nagekeo diisi oleh narasumber-narasumber lokal dan nasional yaitu Edy Kasi seorang influencer lokal, Rosadalima Dee Panda sebagai tokoh pendidikan, dan
Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch. Edy Kasi dalam paparannya menjelaskan, cara pemberian informasi pada era sekarang sangat berbeda dengan yang dahulu. Sekarang masyarakat dituntut untuk dapat menyampaikan ilmu yang dimiliki melalui komunikasi berdasarkan 4C, yaitu critical thinking (berpikir kritis), creativity (Kreatif), collaboration (Kolaborasi), dan communication (Komunikasi). Baca Juga: Tim SAR Perluas Pencarian Mahasiswi Bogor yang Terseret Banjir hingga ke Pintu Manggarai “Manfaat literasi digital adalah lebih ke arah menambah wawasan individu. Seperti yang dilakukan pada saat pandemi, masyarakat menggunakan kemajuan media
digital untuk belajar dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting,” tuturnya. Rosadalima Dee Panda atau Rosa menjelaskan bahwa untuk dapat menggunakan teknologi digital dengan baik, diperlukan pengetahuan mengenai budaya digital. Hal ini dapat membantu pengguna teknologi digital dalam berinteraksi antarsesama pengguna. “Budaya digital membentuk cara berinteraksi secara personal, dengan lingkungan dan dengan orang lain yang menunjukkan hal-hal yang baik di media sosial,” tuturnya. Baca Juga: Viral Video Pengendara Mobil Plat Dinas Polisi Bunyikan Sirene, Terobos Jalan padahal Macet Pada sesi pamungkas, Ibe sebagai pemateri terakhir membagikan tools keamanan digital. Selain itu, pria yang aktif di ICT Watch ini juga mengajak peserta kegiatan untuk senantiasa cakap, cerdas dan bijak dalam menggunakan media digital. Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.***