Jakarta, CNBC Indonesia – Staf Ahli Keuangan Bidang Jasa Keuangan & Pasar Modal DJPPR, Suminto mengakui potensi perlambatan ekonomi dunia terus menghantui, seiring ketegangan geopolitik di dunia karena perang Rusia-Ukraina.
Kondisi tersebut disebutnya telah membawa pengaruh negatif terhadap banyak negara yang menyebabkan inflasi tingi diikuti melonjaknya harga komoditas, kebijakan moneter yang ketat dan gejolak pasar keuangan.
“Menurut outlook ekonomi dari IMF menyebut bahwa situasi dunia makin rapuh. IMF memproyeksi pertumbuhan global melambat tajam dari 6% tahun lalu ke 3,2% tahun ini dan akan kembali melambat di 2023 pada level 2,7%,” jelasnya dalam acara Road to CNBC Indonesia Award, Jumat (14/10/2022).
–
–
Kendati demikian, pemerintah ujar Suminto tetap optimis penguatan ekonomi Indonesia masih akan berlanjut di semester II 2022. Hal ini terlihat dari indeks manufaktur Indonesia pada bulan Agustus yang meningkat ke level 51,7% dari sebelumnya di level 51,3%.
Selain itu, neraca transaksi berjalan juga masih tercatat surplus 0,3% terhadap PDB 2021 dan tahun ini di kisaran 1%.
Bahkan kinerja kuat di sektor riil tambahnya juga telah datangkan kepercayaan investor. Dimana Aliran Foreign Direct Investment (FDI) telah meningkat di semester I 2022 sebesar Rp 310,4 triliun.
Meski begitu, Indonesia pun tambahnya tetap selalu waspada akan kondisi di 2023. Karena pertumbuhan ekonomi global 2023 bisa menyentuh level terendah sejak 2001. IMF juga menyebut risiko resesi meningkat dimana 43% negara di dunia yang kontribusi lebih 1/3 PDB dunia akan alami resesi.
“IMF juga mengingatkan potensi krisis utang global. Banyak negara punya rasio utang bahkan sampai 100% dari PDB,” jelasnya.
[-]
–
Ekonomi China Masih ‘Meriang Disko’
(dpu/dpu)