Purworejo, Gatra.com – Pengumuman Anies Baswedan sebagai Capres oleh Partai NasDem mendapat apresiasi juga cibiran dari masyarakat. Beberapa mengatakan, ada peran besar mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK sehingga Surya Paloh (SP) akhirnya mengumumkan nama Gubernur DKI tersebut dibandingkan dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Menurut pengamat politik yang juga Dosen FISIP Universitas Jendral Soedirnan (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Ahmad Sabiq, Anies dan JK memiliki sejarah relasi politik yang panjang, termasuk pada saat Pilkada DKI. “Dalam hal pencapresan Anies saat ini indikasi peran JK cukup tampak. Sebelumnya mereka kan memang pernah bertemu (Anies, JK, Surya Paloh dan Presiden PKS),” paparnya melalui pesan WA, Jumat (14/10/2022).
Sabiq berpendapat, tidak ada yang kebetulan dalam politik. Setiap sesuatu yang diputuskan bersama antar pihak dalam politik pasti ada dealnya.
Baca juga: Diusung NasDem, Anies Dinilai Belum Pasti Jadi Capres
“Deal pastinya kita tidak tahu, yang jelas Anies membutuhkan dukungan untuk bisa menjadi calon presiden. SP dan JK memiliki kapasitas sebagai king maker yang bisa menarik partai-partai di luar NasDem untuk bergabung,” ujarnya.
Tak bisa dipungkiri, kemenangan Anies Baswedan pada Pilgub DKI mengalahkan Ahok, menjadikan ia sebagai ‘ikon’ politikus populis. Tentunya akan banyak PR yang harus dikerjakan okeh partai dan relawan pengusungnya. “Anies sudah memiliki basis dukungan populis. Tinggal memperluasnya. Ia punya banyak legacy dalam bentuk karya-karya di ibu kota yang bisa diolah untuk mendongkrak elektabilitasnya,” katanya.
Pasca Surya Paloh mengumumkan mendukung Anies Baswedan sebagai Capres, direspon oleh beberapa kadernya dengan cara hengkang dari partai berslogan restorasi ini. Tapi, menurut Sabiq, NasDem juga akan dukungan.
Baca juga: Analis Politik : NasDem Dilema Mengusung Anies
“Saya kira, dengan mencalonkan Anies, NasDem akan mendapatkan suntikan dukungan baru lewat coattail effect (efek ekor jas). Banyak pula orang yang menginginkan Anies sebagai Capres akan dengan sukarela mendukung NasDem,” ujar Sabiq.
Untuk menghilangkan stigma negatif yang terlanjur melekat pada Anies Baswedan, para pengusung nantinya harus mencari tokoh dengan basis massa dan citra yang kuat untuk dijadikan Cawapresnya. Sabiq menyayangkan, semua politisi menggunakan politik identitas untuk memenangkan pemilihan. Hanya saja ada yang diberi stigma negatif ada yang tidak.
“Tapi yang jelas, hal yang diinginkan oleh politisi adalah perolehan suara sebesar-besarnya. Berbicara mengenai Anies, tentu ia akan memilih Cawapres yang berpotensi mendulang suara besar. Anies tentu belajar dari kekalahan Prabowo dimana penyebab utamanya adalah kalah suara di Jatim dan Jateng. Tampaknya Cawapres yang pantas adalah tokoh-tokoh yang mengakar di Jatim dan Jateng seperti Mbak Khafifah (Gubernur Jatim),” urai Sabiq.