Warta Ekonomi, Jakarta –
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya inflasi pada bulan Oktober 2024, mematahkan tren deflasi yang telah berlangsung selama lima bulan berturut-turut sejak Mei.
Inflasi ini menjadi penanda peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 105,93 pada September menjadi 106,01 pada Oktober, dengan tingkat inflasi bulanan mencapai 0,08%. Secara tahun kalender, inflasi tercatat sebesar 0,82% (year to date/ytd) dan secara tahunan mencapai 1,71%.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di Kantor BPS Pusat, Jakarta, mengungkapkan bahwa inflasi Oktober ini dipengaruhi terutama oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. “Kelompok ini mencatat inflasi sebesar 0,94% dan menyumbang 0,06% terhadap inflasi,” ujar Amalia.
Amalia menambahkan bahwa emas perhiasan menjadi komoditas utama dalam kelompok tersebut, dengan kontribusi inflasi sebesar 0,06%. Selain emas, beberapa komoditas lain yang turut menyumbang inflasi meliputi daging ayam ras (0,04%), bawang merah (0,03%), tomat dan nasi dengan lauk (masing-masing 0,02%). Komoditas tambahan seperti kopi bubuk, minyak goreng, sigaret kretek mesin, dan telur ayam ras juga memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01%.
Berdasarkan komponen harga, Amalia menjelaskan bahwa komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,22% dengan kontribusi 0,14% terhadap inflasi. Komoditas utama yang mendorong inflasi pada komponen ini antara lain emas perhiasan, nasi dengan lauk, kopi bubuk, dan minyak goreng.
Baca Juga: BPS Sumut Ikut Sukseskan Pendataan SE2026, Kolaborasi Jadi Kunci
Namun, berbeda dengan komponen inti, komponen harga yang diatur pemerintah dan komponen harga bergejolak mengalami deflasi pada Oktober. Komponen harga yang diatur pemerintah mencatat deflasi sebesar 0,25% dengan kontribusi deflasi 0,05%, didorong oleh penurunan harga bensin dan tarif angkutan udara. Sementara itu, komponen harga bergejolak mencatat deflasi sebesar 0,11% dengan kontribusi deflasi 0,01%, yang dipengaruhi oleh penurunan harga cabai merah, cabai rawit, kentang, dan ikan segar.
“Komponen harga bergejolak terus mengalami deflasi selama tujuh bulan berturut-turut, meski tekanan deflasinya berkurang pada Oktober,” jelas Amalia.
Secara wilayah, BPS melaporkan bahwa 28 provinsi mengalami inflasi, sementara 10 provinsi mencatat deflasi pada Oktober 2024. Provinsi dengan inflasi tertinggi adalah Maluku yang mencapai 0,65% secara bulanan, sedangkan deflasi terdalam tercatat di Maluku Utara dengan penurunan 1,05%.
Inflasi pada bulan Oktober ini diharapkan memberi sinyal positif terhadap daya beli masyarakat setelah lima bulan berturut-turut mengalami deflasi, yang sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan tertentu terkait penurunan daya beli. BPS akan terus memantau pergerakan harga di berbagai komponen dan wilayah untuk mengetahui tren inflasi di bulan-bulan mendatang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.