Liputan6.com, Jakarta – Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil (RK) menemui Presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) disaat elektabilitasnya stagnan. Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga menilai, ada pihak berspekulasi kedatangan RK ke Prabowo dan Jokowi sebagai bentuk permintaan dukungan.
“RK berharap dukungan dua sosok tersebut dapat meningkatkan elektabilitasnya. Permintaan dukungan terhadap Prabowo tampaknya logis mengingat saat ini kepercayaan publik terhadap dirinya sangat tinggi. Karena itu, RK berupaya mendompleng kepada Prabowo untuk dapat mendongkrak elektabilitasnya,” kata Jamiluddin dalam keterangannya, Sabtu (2/11/2024).
Sebaliknya, Jamiluddin menilai RK minta dukungan kepada Jokowi untuk urusan Pilkada Jakarta layak dipertanyakan.
“Sebab, Jakarta bukanlah basis Jokowi, meskipun ia pernah sebentar jadi Gubernur Jakarta dan Presiden dua periode. Jakarta justru basisnya Anies Bawesdan. Pendukung Anies pada umumnya tidak menyukai Jokowi,” kata dia.
Oleh karena itu, kalau RK meminta dukungan kepada Jokowi justru akan jadi bumerang.
“Akan jadi bumerang. Pendukung Anies bukan tambah mendekat, tapi justru akan semakin menjauh. Pendukung Anies akan mengidentikkan orang yang dekat Jokowi layak dijauhi. Hal itu dapat berlaku pada RK yang akan dinilai sosok yang dekat dengan Jokowi,” kata dia.
Menurut Jamiluddin, upaya mendekatkan diri dengan Jokowi untuk mendongkrak elektabilitas RK di Jakarta justru terkesan blunder.
“Dengan langkah RK tersebut, justru yang diuntungkan pasangan Pramono-Rano. Pendukung Anies bisa jadi akan lebih memilih Pramono-Rano daripada RK-Suswono karena RK dinilai dekat dengan Jokowi,” kata dia.
“Karena itu, elektabilitas RK berpeluang stagnan, bahkan tak menutup kemunkinan akan semakin turun. Hal itu terjadi karena pendukung Anies akan lebih berpeluang memilih Pramono-Rano,” kata dia.