KRjogja.com – APAKAH ada upaya serius rezim Prabowo Subianto untuk membangun kebudayaan lima tahun ke depan? Dengan menjadikan departemen kebudayaan sebagai entitas sendiri atau terpisah dari pendidikan, asumsinya, pengelolaan kebudayaan akan semakin terfokus dan optimal.
Namun, sejauh ini, menteri kebudayaan Fadli Zon belum secara konseptual menyosialisasikan desain besar pengambangan dan pemajuan kebudayaan. Ia baru bicara secara parsial, misalnya tentang budaya sebagai kekayaan intangible, pemulangan berbagai artefak bernilai sejarah, diplomasi budaya dan lainnya. Hal itu sangat penting, tapi masih ada banyak hal yang penting disentuh dan digarap. Pertama, soal politik kebijakan yang berpihak pada budaya bangsa. Dari rezim ke rezim pada pasca Reformasi, hal itu masih tampak samar-samar atau belum ditunjukkan secara tegas. Buktinya, budaya manca negara masih dominan. Tak hanya yang berasal dari Barat (Eropa dan Amerika) tapi juga dari Asia (Korsel dan Jepang). Kita misalnya melihat dominannya K-Pop dan drama Korea (drakor) di dalam budaya massa kita. Kita juga dibanjiri produk budaya Jepang dari komik, film animasi sampai properti industrial. Di luar itu, yang paling mencemaskan adalah semakin menguatnya mindset budaya asing tertanam dalam sistem berpikir dan berperilaku bangsa kita. Ini terutama terkait dengan liberalisme, pragmatisme, hedonisme dan konsumerisme. Di tengah gempuran budaya asing yang dahsyat itu, proteksi kebudayaan yang dilakukan terhadap budaya kita sendiri belum optimal. Artinya, komitmen kultural atas bangsa sendiri belum hadir secara sistemik, struktural dan praksis. Pendekatannya masih parsial, belum utuh (holistik). Misalnya berupa perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan budaya tradisi yang dilakukan masih secara artifisial atau permukaan. Belum substansial dan berdampak. Umumnya, budaya masih dipahami sebagai “jimat” masa lalu yang dihadirkan di dalam ritus.
Tantangan rezim Prabowo adalah melakukan transformasi nilai-nilai budaya bangsa kita ke dalam berbagai kebijakan sistemik dan struktural. Hal ini berkaitan dengan nilai, ide/gagasan, karya, tradisi, sejarah dan karakter bangsa. Nilai bisa dipahami sebagai pandangan etik filosofis dan ideologis yang berbasis pada nilai-nilai adiluhung bangsa. Praksisnya adalah mewujudkan berbagai ajaran moral berbasis budaya lokal dalam tata kehidupan sosial. Ide berkaitan dengan kemampuan bangsa untuk menjadi produsen gagasan yang otentik, relevan, bermakna dan bermanfaat dalam menjawab tantangan persoalan bangsa. Ujung pencapaian itu adalah lahirnya bangsa yang kreatif, inovatif dan produktif.
Karya tangible dan intangible merupakan bentuk pencapaian proses kreatif dan inovatif bangsa yang punya tradisi belajar, berlatih dan bereksplorasi. Bukan hanya mereproduksi hasil-hasil yang sudah ada. Tradisi berkaitan dengan berbagai praksis kebudayaan yang bermakna dan kontinu serta terukur, sehingga membentuk kebiasaan berpikir, berperilaku dan berkarya secara kreatif. Ini tak hanya berelasi dengan nilai-nilai budaya lama, tapi juga nilai-nilai baru. Adapun sejarah bisa dipahami sebagai bentangan waktu, ruang dan peristiwa yang panjang dan membentuk nilai-nilai peradaban. Di dalamnya ada budaya, seni, hukum, ekonomi dan politik. Di luar ide konseptual di atas, tentu masih ada banyak tantangan bagi rezim Prabowo di dalam membangun kebudayaan bangsa. Misalnya, penciptaan industri kreatif yang bertujuan mendorong lahirnya banyak kreator di bidang seni, desain, kuliner, kerajinan dan lainnya. Selain itu, juga terciptanya pasar potensial yang mensejahterakan para pelaku industri kreatif. Yang tak kalah penting adalah pelbagai pembelajaran dan pelatihan bagi masyarakat untuk menjadi subyek budaya. Di Indonesia ada banyak komunitas budaya yang perlu disentuh dan dikembangkan agar potensi mereka muncul ke permukaan. Ini berkaitan dengan wawasan/intelektualitas, attitude, karakter, skill dan kemampuan manajerial. Membangun kebudayaan adalah membangun manusia, karena manusia merupakan subjek kebudayaan. Membangun manusia berarti juga membangun cara berpikir, sikap, mental dan perilaku yang berkeadaban tinggi, sehingga lahir bangsa yang kreatif, inovatif dan mandiri. In tantangan besar rezim Prabowo.(Indra Tranggono, esais dan praktisi budaya)