FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ada momen menarik ketika berlangsung Rapat Kerja antara Komisi VI DPR RI dengan Kementerian BUMN di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/11/2024).
Momen itu terjadi saat Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Nurdin Halid yang juga Ketua Umum PP Pelti menyentil Menteri BUMN Erick Thohir yang juga Ketua Umum PSSI.
Nurdin Halid yang mendapat giliran terakhir untuk berbicara, mengawali dengan mengapresiasi kinerja hebat Erick Thohir sebagai Menteri BUMN periode 2019-2024.
Berbagai strategi dan terobosan transformatif, terutama strategi holdingisasi dan merger dari 114 BUMN menjadi 47 klaster berdasarkan sektor dan core busnis, kontribusi BUMN periode 2020-2023 mencapai Rp 1.940 triliun. Rinciannya, dividen Rp 194, 4 triliun, pajak Rp 1.391, 4 triliun, PNPB Rp 354, 2 triliun.
“Saya sangat mengapresiasi kinerja Pak Erick dalam mentransformasi BUMN sehingga branding sejumlah BUMN makin menguat. Jadi, sangat wajar kalau Presiden Prabowo Subianto kembali mempercayakan Pak Erick untuk melanjutkan transformasi BUMN,” ujar Nurdin.
Pujian Nurdin Halid tidak berhenti di situ. Politisi senior Partai Golkar itu juga memuji kepemimpinan Erick Thohir di PSSI.
“Sebagai mantan Ketua Umum PSSI, saya juga bangga Pak Erick bisa membawa Timnas PSSI ke pentas dunia. Saya berterima kasih karena Pak Erick telah mewujudkan Visi PSSI 2020 Membangun Industri Bola Menuju Pentas Dunia, yang dulu saya letakkan tahun 2004 saat saya mulai memimpin PSSI,” kata Nurdin.
Suasana ruang RDP mendadak ‘pecah’ ketika Nurdin Halid menyentil Erick Thohir agar BUMN juga membantu membangun industri cabang olahraga lain.
Terdengar teriakan beberapa anggota Komisi VI: “Hidup Pelti!” yang disambut anggota lainnya “Ketum Pelti!”
Setelah tertahan sejenak Nurdin Halid pun melanjutkan: “Ya kebetulan saya Ketua Umum Pelti, Pak Menteri.”
Ruangan Rapat pun ‘pecah’. Semua tertawa. Tak terkecuali Erick Thohir, tiga wakil menteri BUMN dan para pejabat BUMN lainnya.
Dua tokoh olahraga nasional ini, Nurdin Halid dan Erick Thohir, sesungguhnya adalah sahabat lama di sepakbola. Ketika Nurdin Halid menduduki kursi ketua umum PSSI pada periode 2003-2011, Erick Thohir diangkat menjadi Ketua Badan Industri Sepakbola Nasional Indonesia (BISNI).
BISNI dibentuk oleh Nurdin Halid untuk mewujudkan industri sepakbola sebagai pondasi prestasi untuk bersaing di level global.
“Industri itu kemudian terbentuk dengan lahirnya Liga Super Indonesia yang ditopang dua pilar utama, yaitu klub-klub profesional dan PT Liga Indonesia sebagai regulator sekaligus eksekutor pelaksanaan Liga Profesional sesuai FIFA/AFC standard. Sejak itu, market value Liga naik. Hak siar TV untuk Timnas PSSI pun mulai laris,” Nurdin Halid memaparkan.
Tahun 2024, atau 13 tahun setelah turun dari kursi Ketua Umum PSSI pada tahun 2011, Nurdin Halid terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PP Pelti periode 2024-2028. Dalam paparannya saat Munaslub Pelti pada Juli 2024, Nurdin Halid mendeklarasikan Visi Pelti 2045: Membangun Industri Tenis Menuju Indonesia Emas 2045.
Menurut Nurdin Halid, di luar sepakbola dan bulutangkis, sangat sulit membangun industri olahraga Indonesia.
“Makanya saya bilang ke Pak Erick, perlu dukungan Pemerintah dan BUMN sebagai sponsorship dari dana CSR. Kebetulan saya sekarang Ketua Umum Pelti, saya pun butuh dukungan BUMN seperti yang terjadi di bulutangkis dan beberapa klub voli di Tanah Air,” ujar Nurdin.
Dukungan Pemerintah melalui BUMN sudah pernah dilakukan di era Kompetisi Galatama mulai tahun 1979 seperti klub Semen Padang yang eksis sampai sekarang. Jepang bahkan pernah belajar dari model Galatama ketika pertama kali Negeri Matahari Terbit itu membangun industri sepakbolanya.
Nurdin Halid menjelaskan, PP Pelti mempunyau sejumlah program strategis yang membutuhkan dukungan Pemerintah dan BUMN untuk mewujudkan Visi Pelti 2045, seperti pembentukan Liga Tenis Nasional, Road To Olimpiade 2028 (untuk Timnas), pembangunan 10 training center lengkap dengan fasilitas sport science di 10 kota.
“Selain Pemerintah, Pelti juga akan menjalin kemitraan dan kerjasama bisnis dengan BUMN. Modelnya bisa ownership (klub tenis), partnership, dan sponsorship. Jadi, Pelti tidak minta dukungan cuma-cuma karena tenis punya potensi untuk berkembang menjadi industri,” pungkas Nurdin
(Ikbal/fajar)