FAJAR.CO.ID, KUTA — Jumlah warga Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri selama ini terbilang cukup banyak. Mereka menghabiskan pembiayaan pengobatan keluar negeri sekitar USD 11,5 miliar atau lebih dari Rp160 triliun.
Hal tersebut berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), yang mencatat sekitar dua juta WNI berobat ke luar negeri, terutama ke empat negara yaitu Malaysia, Singapura, China, dan Thailand.
Merespons hal itu, Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla menilai Bali berpeluang menjadi tujuan wisata medis karena didukung akses dan fasilitas kesehatan.
Hal itu dilontarkan Penasihat Senior Dewan Dunia untuk Pengobatan Preventif, Regeneratif, dan Anti-Penuaan (WOCPM) di sela-sela Kongres Internasional WOCPM 2024 di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (10/11).
“Jadi, orang sambil menikmati keindahan Bali, datang untuk konsultasi atau berobat,” kata Jusuf Kalla alias JK dilansir jpnn.
Berdasar data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, saat ini ada 23 rumah sakit di Tanah Air yang ditetapkan sebagai rumah sakit wisata medis.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) ini pun memberi masukan untuk pengembangan Pulau Bali sebagai tujuan wisata medis berskala internasional. Bukan hanya rumah sakit yang baik dan dokter yang cakap, tetapi juga hospitality yang baik. “Terutama fasilitas pendukung lainnya,” ujar JK.
Menurut JK, saat ini dunia mengenal tren pariwisata medis atau pariwisata kesehatan. Potensi yang dimiliki Bali ini diharapkan menarik Warga Negara Indonesia (WNI) yang selama ini kerap berobat ke luar negeri untuk beralih menjadi berobat di dalam negeri.
Salah satunya di Pulau Bali.
JK mengatakan cara tersebut dilakukan oleh sejumlah negara, salah satu di kawasan Asia Tenggara yakni Singapura. “Jadi sambil orang datang karena ingin sehat, jadi bukan hanya memandang keindahan alam, tetapi bagaimana juga kesehatan,” ucapnya.
Presiden WOCPM, Prof dr Deby Vinski menambahkan pelaksanaan kongres yang mempertemukan para dokter dan ahli dunia itu memperkuat posisi Bali yang diarahkan untuk menjadi destinasi wisata medis dunia.
Menurut Prof dr Deby Vinski, potensi Bali dalam mengembangkan wisata kesehatan itu besar termasuk dengan mengembangkan terapi sel punca atau stem cells.
“Kami berkolaborasi, membangun jaringan, teknologi akan terus maju. Selain stem cells, kami nanti gabung dengan terapi gen,” tutur Prof dr Deby Vinski. (fajar)