DARI 206 orang Pahlawan Nasional sampai tahun 2023, sekitar 80 orang adalah etnik Jawa yang dicalonkan dari provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Anak Agung Gde Agung yang berasal dari Bali dicalonkan dari DIY).
Terdapat 11 orang Sunda dan 11 orang Bugis. Dari Sumatera Utara 8 orang.
Sejak awal pengangkatan tahun 1959, baru ada satu orang Tionghoa yang diangkat jadi Pahlawan Nasional tahun 2009, yaitu John Lie.
John Lie berjasa dalam menembus blokade Belanda mengangkut hasil bumi dari Sumatera ditukar dengan senjata di semenanjung Melayu dan Thailand.
Ia mempertaruhkan nyawa dalam melakukan operasi sebanyak belasan kali. Senjata itu diperlukan oleh pasukan tentara Indonesia.
Kesetaraan
Sejak 2002, saya beberapa kali menulis tentang John Lie di media massa. Saya menulis karena dorongan hasil penelitian Benny Subianto tentang kerusuhan seputar tahun 1998 di berbagai daerah yang menyebabkan etnik Tionghoa menjadi korban (misalnya, penjarahan).
Penyebabnya ada tiga menurut riset tersebut: kesenjangan ekonomi, orang Tionghoa bersifat ekslusif, dan mereka tidak punya andil dalam kemerdekaan Indonesia.
Faktor ketiga ini yang coba saya bantah. Etnik Tionghoa telah ikut berpartisipasi dalam Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda tahun 1928.
Bahkan, rumah yang digunakan untuk pelaksanaan Ikrar Sumpah Pemuda itu adalah milik Sie Kong Lian.
Semasa revolusi fisik pascakemerdekaan tahun 1945, mereka juga ikut berjuang. Dalam penyusunan UUD dan Pancasila, orang Tinghoa juga ambil bagian, terdapat empat orang Tionghoa di BPUPK dan seorang anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonsia (PPKI).
Gagasan untuk mencalonkan John Lie direalisasikan oleh Yayasan Nabil (nation building) yang diketuai Eddie Lembong tahun 2007, dengan melakukan seminar pada tingkat daerah dan nasional.
Dua tahun kemudian, John Lie ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Setelah itu, Yayasan Nabil mengusulkan tokoh keturunan Arab, AR Baswedan, sebagai pahlawan nasional. Itu pun berhasil pada 2018.
Mengisi kemerdekaan
Pahlawan nasional yang berasal dari etnik Tionghoa, John Lie, telah berjuang mempertahankan kemerdekaan secara militer.
Sebetulnya ada pula tokoh Tionghoa yang telah berkiprah tanpa senjata. Liem Kun Hian adalah anggota Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Kemerdekaan (BPUPK) yang menyuarakan kepentingan etnik Tionghoa secara nasional. Ia adalah pendiri Partai Tionghoa Indonesia tahun 1932.