FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial sekaligus dokter, Tifauzia Tyassuma, menyoroti kabar bahwa China akan membantu pendanaan program makan siang gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“China bantu dana program makan gratis?,” ujar Tifa dalam keterangannya di aplikasi X @DokterTifa (11/11/2024).
Dalam pernyataannya, Tifa meminta agar pemerintah lebih berhati-hati dalam menerima bantuan tersebut.
“Ngga curiga dengan konsep bantu dana ala China, Pak Presiden Prabowo?,” Tifa menuturkan.
Tifa mengingatkan bahwa bantuan dari China kerap kali memiliki konsekuensi jangka panjang berupa utang. “Karena pengalaman 10 tahun kemarin, bantuan dana China itu artinya hutang lho,” cetusnya.
Ia menyinggung pengalaman Indonesia dalam satu dekade terakhir, di mana bantuan finansial dari China berujung pada peningkatan beban utang negara.
Ia juga menambahkan pesan agar pemerintah tidak terlalu cepat merasa senang dengan tawaran tersebut tanpa melakukan pengecekan lebih mendalam. “Coba dicek dulu, jangan buru-buru girang,” imbuhnya.
Tifa kemudian menyinggung latar belakang China dengan nada satir. Menyebut nama lain mantan Presiden ketujuh, Jokowi.
“Negara asal-usul moyangnya Mulyono ini kan agak laen soalnya,” tandasnya.
Sebelumnya diketahui, Pemerintah China secara resmi mendukung pendanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto.
Dukungan tersebut disampaikan langsung oleh Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan dengan Prabowo.
Nota kesepahaman (MoU) mengenai pendanaan program ini ditandatangani oleh kedua negara dengan judul Food Supplementation and School Feeding Programme in Indonesia.
MoU tersebut bertujuan untuk mendukung peningkatan gizi anak-anak dan ibu hamil di Indonesia.
Program Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu janji kampanye Prabowo pada Pilpres 2024.
Melalui program ini, pemerintah berencana menyediakan makanan bergizi gratis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil.
Pelaksanaan program ini akan dilakukan secara bertahap dengan target ambisius mencapai 82,9 juta anak. Anggaran total yang dibutuhkan mencapai Rp400 triliun per tahun.
Pada tahap awal yang direncanakan mulai awal 2025, pemerintah mengalokasikan Rp71 triliun untuk menjangkau 3 juta anak penerima manfaat. (Muhsin/fajar)