KRJogja.com-YOGYA- Jaringan Gusdurian menggelar acara Simposium Beda Setara dengan fokus mendalami isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB). Acara itu dilaksanakan di Convention Hall Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada Kamis 14 November 2024. Simposium yang digagas oleh Jaringan Gusdurian ini menghadirkan berbagai tokoh agama, civitas akademika dan pegiat isu KBB dengan dihadiri oleh peserta dan tamu undangan untuk merumuskan strategi baru serta rekomendasi bagi penguatan gerakan KBB di Indonesia. Alissa Qotrunnada Wahid selaku Direktur Jaringan Gusdurian menyampaikan bagaimana kondisi kebebasan beragama di Indonesia. Menurut Alisa, gagasan Bhineka Tunggal Ika belum sepenuhnya mampu melindungi hak beragama bagi seluruh warga Indonesia.
Baca Juga: PNIB Teruskan Suplai Air Bersih di Gunungkidul, Kirim 15 Tangki ke Purwosari “Kita selalu membanggakan Indonesia sebagai negara yang harmonis dan rukun, tetapi realitanya tidak seindah slogan-slogan itu. Padahal, hak beragama itu dilindungi oleh konstitusi, disebutkan oleh konstitusi tapi faktanya tidak demikian,” jelas Alissa ketika menyampaikan orasi ilmiahnya, Kamis, 14 November 2024.
Alissa kemudian menambahkan bahwa setiap warga negara memiliki hak konstitusi dan negara seharusnya bisa memenuhi hal itu. “Tidak penting apakah dia orang kecil, anak kecil, kota kecil, kelompok masyarakat kecil. Tidak penting! Karena setiap warga negara punya hak konstitusinya, dan negara harus melindungi dan memenuhinya, karena kita berbeda, tapi setara.” imbuh Alissa. Baca Juga: Prediksi Pertandingan Yunani vs Inggris, Irlandia vs Finlandia, dan Slovenia vs Norwegia di UEFA Nations League 2024/2025 Simposium Beda Setara sendiri berlangsung selama dua hari, yaitu Kamis-Jumat, 14-15 November 2024. Pada hari pertama, simposium terbagi menjadi dua sesi. Adapun sesi pertama mengangkat tentang Kebebasan Beragama Berkeyakinan: Janji Konstitusi dan Silang Sengkarut Kebijakan yang diisi oleh Ihsan Ali Fauzi, Ahmad Zainul Hamdi, MY Esti Wijayat, Beka Ulung Hapsara dan Asfinawati. Sementara sesi kedua membahas Suara Komunitas: Perjuangan Menuntut Hak yang diisi oleh Pendeta Nathael, Imam Maliki, Dian Jenni Cahyawati, Muhammad Annahdi Solihin, dan Inayah Wahid. Adapun pada simposium hari kedua, Jumat 15 November 2024 akan diisi dengan orasi ilmiah mengenai Persilangan Ketidakadilan: Kebebasan Beragama dan Isu Sosial Kritis Dewi Chandraningrum, Kalis Mardiasih, Mayadina Rohma Musfiroh, Masruchah dan Suaib Prawono. Baca Juga: Pilkada.AI Dilengkapi Fitur Canggih Kemudian, acara akan dilanjutkan dengan Diskusi Terpumpun: Menemukan Terobosan Baru di mana setiap peserta akan dibagi menjadi tiga kelompok untuk mendiskusikan berbagai catatan dan rekomendasi terkait KBB.