Menaker Yassierli menekankan bahwa menciptakan lapangan kerja adalah tantangan utama di hilir. Namun, ia juga mengingatkan perlunya pembenahan di sisi hulu, termasuk penyelarasan antara kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri untuk menghindari ketidaksesuaian.
“Saya mendengar bahwa di DKI Jakarta sudah banyak SMK unggulan dan ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga di balai pelatihan, tenaga kerja tidak perlu disiapkan dari nol,” ujarnya.
“Pembekalan di SMK harus cukup memadai, tinggal penyempurnaan selama satu atau dua bulan, kemudian diberikan sertifikasi,” jelas Menaker Yassierli.
Ia pun menyebut, Sertifikasi tersebut merupakan jaminan kompetensi tenaga kerja. Menaker Yassierli juga menilai, sertifikat ini memberi rasa percaya kepada industri sebagai bukti bahwa tenaga kerja telah memiliki kemampuan sesuai standar yang diharapkan.
“Kompetensi yang disiapkan tidak hanya berupa keterampilan teknis, tetapi juga mencakup soft skills dan ini adalah pekerjaan rumah kita bersama. Oleh sebab itu, kita perlu menata proses dari hulu ke hilir agar expo seperti ini memberikan hasil maksimal,” sebut Menaker Yassierli.
Sementara itu, dirinya menegaskan akan lebih memperhatikan pelatihan hingga lowongan kerja bagi penyandang disabilitas.
“Ke depan, Kemnaker akan lebih sering menyelenggarakan Jobfair, termasuk di dalamnya mengakomodir saudara kita penyandang disabilitas sebagai bentuk pelaksanaan amanat undang-undang,” tegas Menaker Yassierli.
“Penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk bekerja dan para pelaku Industri bersama pemerintah harus memfasilitasi hal ini,” imbuhnya.
(*)