Suara.com – Ancaman terbaru dari Rusia, yang disampaikan oleh mantan penasihat Putin, Sergey Markov, mengenai izin Amerika Serikat bagi Ukraina untuk menembakkan rudal jarak jauh ke Rusia, mendapat tanggapan tajam dari Ukraina. Anggota parlemen Ukraina, Andrii Osadchuk, dengan tegas menolak ancaman itu, menyebutnya sebagai propaganda yang sudah sering didengar.
“Kami sudah kenyang dengan propaganda ini,” ungkap Osadchuk saat berbicara dengan Sky News’ The World.
“Mengancam dunia luar mungkin merupakan keahlian Kremlin yang paling terasah,” tambahnya.
Patroli tentara Rusia di Mariupol Ukraina. (Foto: AFP)Osadchuk merinci serangkaian ancaman serupa yang pernah dibuat oleh Rusia. Mulai dari ancaman ketika sekutu Ukraina memutuskan untuk memasok peluncur roket ganda pada musim panas 2022, hingga saat mereka mengirimkan tank tempur pada Februari 2023, dan jet tempur F-16 di tahun ini.
Baca Juga: Rusia Dikecam Inggris Setelah Veto Resolusi Gencatan Senjata Sudan di PBB
“Rusia terus menyanyikan lagu yang sama soal rudal jarak jauh,” katanya, meremehkan ancaman itu.
Menurutnya, rudal yang dimaksud bahkan tidak benar-benar dianggap sebagai rudal jarak jauh. Dengan jarak tembak maksimum hanya 300 kilometer, rudal-rudal ini masih jauh lebih terbatas dibandingkan dengan kemampuan serangan Rusia. Bahkan, Ukraina telah menggunakan roket Storm Shadow Inggris terhadap Krimea yang diduduki berkali-kali, dan Rusia tetap menganggap Krimea sebagai wilayah mereka.
“Kami muak dengan kata ‘eskalasi’,” tegas Osadchuk.
“Keputusan ini sudah sangat terlambat. Seharusnya dilakukan dua tahun lalu.” lanjutnya.
Ia menyoroti ketidakadilan besar yang dihadapi Ukraina selama 1.000 hari invasi, di mana perbedaan jarak serangan membuat situasi menjadi sangat asimetris.
Baca Juga: Jerman Kirim 4.000 Pesawat Serang Tanpa Awak ke Ukraina
“Rusia dapat menyerang dari ribuan kilometer, sementara Ukraina hanya dapat membalas dalam jarak yang sangat terbatas, sekitar 100 kilometer,” jelasnya.
Setiap hari, Ukraina harus menghadapi serangan mematikan yang merenggut nyawa warga sipil dan personel militer.