Mutiul Alim | Jum’at, 22/11/2024 19:56 WIB
Wamenperin Faisol Riza dan Menteri Industri dan Teknologi Baru Republik Tajikistan, Sherali Kabir (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com – Indonesia dan Tajikistan semakin mempererat hubungan kerja sama di sektor industri. Hal ini dibahas dalam pertemuan antara Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia dan Menteri Industri dan Teknologi Baru Republik Tajikistan di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (22/11).
Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri menekankan pentingnya kolaborasi untuk menghadapi situasi global yang semakin kompleks.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) RI, Faisol Riza menyatakan bahwa dinamika geopolitik menuntut Indonesia untuk menjalin kemitraan strategis dengan negara-negara yang menghadapi tantangan serupa.
“Kami berharap Indonesia dan Tajikistan dapat membangun kerja sama yang saling menguntungkan, terutama di sektor industri,” ujar dia dalam pertemuan tersebut.
Dia menegaskan bahwa Kementerian Perindustrian akan berupaya maksimal untuk memfasilitasi kerja sama ini demi meningkatkan daya saing dan memperkuat posisi kedua negara di kancah internasional.
Menteri Industri dan Teknologi Baru Republik Tajikistan, Sherali Kabir mempresentasikan potensi yang dimiliki negaranya. Dia menyatakan keseriusan Tajikistan dalam menjalin kemitraan dengan Indonesia.
Salah satu contoh konkret, adalah kolaborasi dengan salah satu perusahaan di Indonesia dalam penyediaan bahan baku, yang dianggap signifikan dalam mempererat hubungan bilateral.
Selain itu, sektor pertambangan juga menjadi perhatian utama dengan adanya beberapa nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan kedua negara.
Dia juga menyampaikan ketertarikan negaranya terhadap pengalaman Indonesia dalam pengelolaan nikel, mengingat Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
“Kami ingin mempelajari lebih lanjut mengenai investasi dan pengembangan sektor nikel di Indonesia,” tambah Kabir.
Tajikistan juga telah menjadi negara pertama di Asia Tengah yang mengembangkan kebijakan terkait Artificial Intelligence (AI) dan memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan.
Diharapkan, hal ini dapat menjadi bidang kerja sama baru antara kedua negara. Selain itu, Tajikistan juga menawarkan potensi kerja sama di bidang tekstil, farmasi, dan aluminium. Sebagai bentuk komitmennya, Tajikistan memberikan jaminan keamanan investasi, insentif pajak, serta penggunaan energi hijau yang mendukung keberlanjutan.
Hubungan kerja sama Indonesia dan Tajikistan telah berlangsung lama, pada tahun 2024 ini kita akan merayakan 30 tahun hubungan diplomatik. Wamenperin mengatakan, kerja sama tersebut perlu dipererat di sektor industri, dengan mengoptimalkan peluang-peluang, terutama dalam hilirisasi industri serta industri produk halal.
“Kami juga terbuka untuk membahas kerja sama mengenai pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM),” kata Faisol. Wamenperin merespon positif berbagai tawaran kerja sama tersebut.
“Kami akan menyiapkan langkah-langkah teknis untuk menindaklanjuti kerja sama ini dan mengidentifikasi perusahaan-perusahaan Indonesia yang potensial untuk menjalin hubungan langsung dengan Tajikistan. Kami berharap implementasi awal dapat dimulai pada awal tahun depan,” dia menambahkan.
KEYWORD : Wamenperin Faisol Riza Indonesia-Tajikistan