PILKADA Banten 2024 menjadi perspektif sejarah politik di provinsi tersebut. Airin Rachmi Diany, adik ipar Ratu Atut Chosiyah yang diusung sebagai calon gubernur, diprediksi menanggung kekalahan dari pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah.
Berdasarkan hasil hitung cepat Charta Politika, Airin hanya memperoleh 42,28 persen suara, jauh tertinggal dari lawannya yang meraih 57,52 persen, melansir tempo.co (30/11/2024).
Kekalahan ini lebih dari peringkat, nampaknya sinyalemen berakhirnya era dominasi dinasti Atut yang sudah mengakar di Banten selama beberapa dekade.
Sejak awal 2000-an, keluarga Atut sudah membangun kekuasaan masif, memasang anggota keluarganya di berbagai posisi strategis pemerintahan, tempo.co (20/17/2024).
Mulai dari level provinsi hingga kabupaten/kota, nama-nama kerabat Atut seolah menjadi ‘penguasa’ tak terbantahkan di tanah Banten.
Kendati, Pilkada 2024 mengonfirmasi bahwa tiada kekuasaan yang abadi. Masyarakat Banten, yang selama ini dianggap ‘loyal’ pada dinasti Atut, mengekspresikan keinginan besar untuk perubahan.
Kekalahan Airin tak cuma soal kalah dalam kontestasi politik, barangkali proyeksi “distrust” publik pada kepemimpinan dinasti yang sudah berkuasa lama.
Alasan yang menyumbang pada kekalahan Airin cukup berat. Pertama, adanya reaksi masyarakat untuk keluar dari bayangan dinasti politik yang kerap dikaitkan dengan praktik korupsi dan “orang dalam” (news.republika.co.id, 13/10/2013).
Kedua, strategi politik lawan yang efektif, salah satunya dukungan langsung dari Presiden Prabowo Subianto kepada pasangan Andra-Dimyati.
Ketiga, mesin politik Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang bekerja masif di lapangan.
Kekalahan Airin bukan saja terjadi di level provinsi. Di Kabupaten Serang, Andika Hazrumy, putra Ratu Atut, juga menimpa kekalahan dalam Pilkada, menandakan pergeseran kekuasaan di Banten bersifat menyeluruh, bukan cuma di satu titik.
Pergeseran kekuasaan ini mengubah penyegaran bagi demokrasi di Banten. Masyarakat sudah memastikan kedewasaan politik dengan memilih berdasar pertimbangan rasional, bukan semata karena ikatan kekeluargaan atau ketokohan, (M.A Sukri, 2020).
Hal ini menjadi peristiwa besar bagi Banten untuk memulai era baru dalam tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Walaupun, tantangan ke depan tidak mudah. Pasangan terpilih, Andra-Dimyati, mesti membuktikan bahwa pasangan yang terpilih bisa membawa perubahan besar bagi Banten.
Andra-Dimyati mesti meyakinkan bahwa “trust” yang diberikan rakyat Banten tidak mubazir, dan bahwa era baru politik Banten benar-benar membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas.
Kemenangan Andra Soni – Dimyati Natakusumah
Keberhasilan pasangan Andra-Dimyati tak lepas dari dukungan solid Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang terdiri dari 11 partai politik.
Koalisi besar ini menjabarkan bahwa kekuatan politik di Banten sudah bergeser, dengan banyak pihak bersatu untuk menghadirkan perubahan.
Partai-partai yang tergabung dalam KIM Plus termasuk Gerindra, PKS, PKB, PAN, Demokrat, dan partai-partai lainnya, merepresentasikan spektrum politik yang luas dan beragam.
Kemenangan Andra-Dimyati dalam kontestasi politik di Banten mengusung elaborasi bagi masyarakat dan lanskap politik daerah tersebut.