Pesan Psikolog agar Tidak Menormalkan Perundungan meski Hanya Candaan

Pesan Psikolog agar Tidak Menormalkan Perundungan meski Hanya Candaan

6 December 2024, 17:20

TEMPO.CO, Jakarta – Perundungan telah menjadi isu yang mengkhawatirkan, tidak hanya di kalangan remaja, tetapi juga pada orang dewasa. Psikolog klinis di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur, Elda Trialisa menegaskan pentingnya untuk tidak menormalkan praktik perundungan meski berkedok candaan. Ia mengungkapkan kasus perundungan semakin meningkat dari tahun ke tahun.”Perundungan adalah tindakan penindasan berulang, baik secara psikologis maupun fisik, yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap individu yang dianggap lebih lemah,” katanya di Samarinda, Jumat, 6 November 2024.Elda menjelaskan perundungan berbeda dengan konflik biasa. Tujuan perundungan adalah merendahkan atau menindas orang lain. Jika tidak ada pihak yang merasa disakiti, hal itu bisa dianggap sebagai obrolan biasa. “Sayangnya, masih banyak yang menganggap perundungan sebagai candaan. Ini sangat berbahaya karena perundungan dinormalisasi dan tidak disadari,” ujarnya.Elda menjelaskan perundungan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik fisik, verbal, psikologis, maupun siber. Perundungan fisik melibatkan tindakan seperti memukul, menendang, dan mencubit. Perundungan verbal berupa ejekan, hinaan, dan pemberian julukan. Perundungan psikologis meliputi pengucilan, manipulasi, dan merendahkan dengan bahasa tubuh. Sedangkan perundungan siber terjadi di dunia maya dengan berbagai bentuk, seperti flaming, cyberstalking, dan impersonasi.Ia mengatakan banyak faktor penyebab perundungan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kondisi psikologis individu, seperti pernah menjadi korban perundungan, mencari perhatian, kesulitan mengontrol emosi, dan keinginan untuk berkuasa. Faktor eksternal meliputi latar belakang keluarga, kurangnya toleransi di sekolah, hukuman yang tidak membangun, pengaruh lingkungan dan media sosial.Elda menjelaskan perundungan memiliki dampak serius bagi korban perundungan, baik jangka pendek maupun panjang. Dampak jangka pendek meliputi penurunan kepercayaan diri, minat belajar dan interaksi sosial menurun. Sedangkan dalam jangka panjang dapat berupa gangguan psikologis yang lebih parah, seperti gangguan kecemasan, depresi, bahkan tindakan melukai diri sendiri.Ia mengatakan perundungan dapat berdampak pada pelaku. Pelaku perundungan cenderung merasa lebih kuat, kurang empati, dan tidak merasa bersalah.”Mereka menormalisasi tindakan perundungan dan menganggapnya sebagai hal biasa,” jelasnya.Pentingnya upaya pencegahan
Elda menekankan pentingnya upaya pencegahan dan penanganan perundungan. Pencegahan dapat dilakukan dengan membangun empati, menerapkan peraturan secara tegas, memberikan contoh yang baik, mengajarkan anak untuk berani melapor, serta mengajarkan simpati dan empati. Penanganan perundungan melibatkan tindakan tegas terhadap pelaku dan pendampingan bagi korban.Elda menyarankan korban perundungan segera mendapatkan bantuan profesional untuk memulihkan kondisi psikologis yang meliputi mengenali emosi, meningkatkan kemampuan empati dan pertahanan diri, serta belajar memaafkan. Dalam lingkup remaja, ia menekankan pentingnya peran orang tua menangani kasus perundungan dengan menciptakan rasa aman bagi anak untuk bercerita, melakukan konfirmasi kepada pihak sekolah jika diperlukan, membentuk karakter anak agar jujur, serta memanfaatkan komunikasi yang baik dengan pihak sekolah.Ia menjelaskan penanganan perundungan butuh kolaborasi antara pihak sekolah, keluarga, dan tenaga profesional. Sekolah perlu menerapkan aturan yang tegas dan konsisten, memberikan pendampingan karakter bagi pelaku dan korban, serta bekerja sama dengan orang tua dalam menangani kasus perundungan.Orang tua perlu mendukung dan mendampingi anak serta berkomunikasi secara terbuka dengan pihak sekolah. Sedangkan tenaga profesional berperan memberikan pendampingan psikologis bagi korban dan pelaku.”Mari kita hentikan perundungan. Mulai dari diri sendiri, latih empati, belajar memaafkan, dan jangan normalkan candaan yang merupakan perundungan. Pikirkan dampak sebelum bertindak,” tandas Elda.

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi