Politikus ‘Perang’ Cuitan

Politikus ‘Perang’ Cuitan

2 May 2017, 11:28

“Man is by nature a political animal.”
-Aristoteles

PinterPolitik.com
Politikus jaman sekarang harus berbicara langsung dengan masyarakat luas tanpa terkecuali. Konsep ini terlihat di Twitter, aplikasi yang telah berhasil menjadi gerbang para politikus untuk ‘berkomunikasi’ dengan warganya. Hal ini membawa para politikus ini diberikan predikat followers terbanyak.
Cuitan Para Politikus Indonesia
[dropcap size=big]M[/dropcap]asyarakat yang aktif dan cenderung kritis, tanpa disadari telah mendorong para politikus untuk juga aktif merespon mereka. Para politikus ini kemudian ‘turun ke jalan’ demi menyapa warganya. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia sekarang, yaitu Twitter menjadi ajang diskusi warga dengan para pemimpinnya. Seiring waktu berlalu, konsep ini nampaknya telah diterima masyarakat yang menjadi follower mereka. Berikut ini adalah infografis urutan enam besar politikus Indonesia dengan jumlah followers terbanyak di Twitter.

Selain keenam figur ini, figur lain yang juga terkenal adalah Pramono Anung, Wiranto, Aburizal Bakrie, dan Mahfud MD. Meskipun demikian, hanya enam dari mereka yang akan dijadikan sebagai ‘trending topic’ di dalam tulisan ini, yaitu Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, Presiden Jokowi, SBY, dan Anies Baswedan, karena perbedaan karakteristik konten akun mereka. Apa yang membuat figur-figur ini popular? Marilah kita cari tahu dimanakah letak perbedaannya.
Susilo Bambang Yudhoyono
Akun milik mantan orang nomor satu Indonesia ini memiliki followers terbanyak karena melihat dari berbagai aspek yang ada di dalam akun Twitter Beliau. Membuka akun ini, kita akan melihat pertama-tama cuitan Beliau tentang keluarganya. Misalnya seperti yang terlihat di bawah ini.
Karakteristik lain dari akun Twitter ini adalah banyak cuitannya yang ditulisnya sendiri, berbeda dengan akun Twitter dari para politikus lainnya, misalnya Prabowo yang me-retweeted tulisan dari akun Gerindra maupun Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Contoh dari cuitan SBY terlihat seperti di bawah ini :

Selain itu, karakteristik dari akun SBY adalah banyak dari kegiatannya yang bersifat akademik, misalnya dengan menjadi dosen tamu di berbagai universitas atau menulis artikel di surat kabar. Hal ini menunjukkan SBY yang selalu haus akan ilmu. Inilah bukti bahwa belajar tidak pernah mengenal kata berhenti. Contohnya adalah sebagai berikut:

Jokowi
Melihat akun Twitter orang pertama Republik Indonesia ini, terlihat jelas bedanya cuitan Beliau dengan SBY, yaitu SBY lebih pemikir dan serius, sedangkan Jokowi terlihat lebih sederhana, santai, dan gaul dengan cara berpakaian Beliau yang menggunakan kemeja putih dikeluarkan serta hobi selfie-nya. Berikut adalah contoh cuitannya:
Meskipun demikian, mantan presiden dan orang nomor satu kita ini sama-sama memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya sama-sama suka menulis cuitan mereka sendiri, disertai dengan inisial nama mereka. Bedanya, Jokowi dapat dikatakan lebih sering menulis cuitannya sendiri, sedangkan SBY masih sering dibantu oleh admin akun Twitternya.Dari sisi konten secara keseluruhan, akun Twitter Presiden Jokowi lebih banyak berisi informasi agenda kenegaraan serta kunjungan-kunjungannya ke daerah, dan sesekali ajakan kepada masyarakat untuk melakukan sesuatu. Contoh dari cuitan Beliau mengenai salah satu dari tiga hal diatas adalah sebagai berikut:

Selain ketiga hal di atas, akun Twitter Jokowi  juga menampilkan  perbedaan yang signifikan dengan akun SBY, yaitu dengan menampilkan kegiatan sosial dan kemanusiaan yang dilakukan untuk negara lain atas nama Indonesia.

Akun Twitter Jokowi juga berbeda dengan SBY karena juga menampilkan sisi Jokowi sebagai pembawa damai, terutama menghadapi Indonesia dan Jakarta yang sedang panas dengan isu SARA. Hal ini terutama dilakukan dengan kelompok agama dan alim ulama yang dianggap mampu membawa persatuan dalam kemajemukan. Berikut di bawah ini adalah contoh cuitannya:
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Membuka akun Twitter Gubernur Jakarta aktif ini, terlihat bahwa warga Jakarta melihat Beliau sebagai gubernur yang disayang dan ‘ngangenin’.  Kesan ini dimunculkan melalui foto Beliau yang dikelilingi warga Jakarta yang memeluk dan tersenyum serta mengacungkan dua jari sebagai dukungannya pada gubernur tercinta mereka. Hal ini tentunya menjadi pembeda awal akun Twitter Beliau dengan akun para politikus lainnya yang jarang menampilkan pelukan dengan lawan jenis, yaitu misalnya Anies Baswedan atau Prabowo. Berikut di bawah ini adalah cuitannya:
Konsep disayang dan ‘ngangenin’ ini masih terus dibawa di dalam cuitan-cuitan Beliau.  Salah satu cuitan yang paling terkenal atau trending saat ini adalah balasan terima kasih dari Ahok kepada warganya yang mengirimkan karangan bunga dengan kata-kata lucu untuk Beliau. Bunga-bunga yang dipajang di Balai Kota tanggal 26 April 2017 ini menggunakan trending #GombalinAhok. Hal ini juga menunjukkan Ahok yang sebagai pejabat yang simpatik kepada warganya. Balasan cuitan dari trending terpopuler ini adalah sebagai berikut:
Meskipun demikian, Ahok juga ditampilkan sebagai pribadi dengan emosi yang meledak-ledak, terutama ketika Beliau berhadapan dengan orang-orang yang membuatnya kesal. Sayangnya, tidak ada cuitan dari Ahok yang sedang bersikap arogan. Dokumentasi terbesar dari hal ini ada di Youtube. Salah satunya adalah membentak wartawan dan melarangnya meliput serta mengusirnya dari Balai Kota. Beliau marah karena ditanya mengenai aliran dana yang masuk ke Teman Ahok sebesar 30 miliar rupiah. Beliau mengamuk dan menyatakan sebagai berikut: “Kamu adu domba saya terus, gak usah deket-deket saya kamu.”

Ahok di dalam berbagai cuitannya juga menampilkan Beliau sebagai sosok birokrat yang sedang mengunjungi berbagai proyeknya lengkap dengan baju dinasnya. Berikut di bawah ini adalah cuitannya:
Cuitan di atas juga berhubungan dengan bagian kampanye Beliau selama masa Pilkada DKI 2017, yaitu #JakartaPunyaSemua. Berikut di bawah ini adalah cuitannya:
Akun Twitter Ahok menjadi popular karena juga menampilkan Ahok yang santai dan dinamis.
Sama seperti Anies Baswedan, Ahok juga seorang family Man yang sangat menyayangi keluarganya. Semua ini terlihat dari cuitannya yang berfoto bersama keluarganya serta penghormatan kepada istrinya, yang disebutnya sebagai sosok ibu. Berikut adalah salah satu cuitannya:

Jusuf Kalla
Membuka akun wakil presiden Indonesia ini, terlihat perbedaan yang mencolok, yang membuat cuitan Beliau terlihat lebih stand-out dibandingkan dengan akun para politikus lainnya di Twitter, yaitu keterlibatan Beliau secara intens di dalam kegiatan kemanusiaan dan fungsi Beliau sebagai wakil dari Indonesia dalam bidang ekonomi di dalam maupun luar negeri. Meskipun demikian, banyak cuitan Beliau yang sifatnya tidak langsung (tidak ditulis sendiri) dan lebih merupakan re-tweeted dari akun lain yang memasukkan namanya. Sebaliknya, hanya sesekali Beliau terlihat menulis langsung cuitannya, terutama pada occasion atau suasana tertentu yang menurut Beliau harus didokumentasi. Berikut di bawah ini adalah  salah satu cuitan langsungnya:

Berhubungan dengan fungsi atau keberadaan Beliau sebagai ketua Palang Merah Indonesia atau PMI, salah satu bukti kegiatan Beliau ini terlihat di dalam satu cuitan yang di re-tweeted oleh Jusuf Kalla dari PMI DKI Jakarta. Di dalam cuitan Rapat Kerja Teknis PMI ini, mereka menyatakan pikiran JK bahwa PMI membantu masyarakat dengan sukarela. Berikut di bawah ini adalah cuitannya:
Selain misi kemanusiaan melalui PMI, yang paling terlihat dari cuitan-cuitan Beliau mengenai misi kemanusiaan  melalui  kunjungannya pada kota-kota di Indonesia yang mengalami bencana. Misalnya yang terlihat pada cuitan langsung Beliau seperti di bawah ini:

Jusuf Kalla juga berperan penting di dalam diplomasi ekonomi Indonesia di luar negeri. Di dalam akun Twitter Beliau ini sering terdapat banyak cuitan baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan Beliau di dalam kunjungan kenegaraan maupun forum-forum ekonomi dunia, misalnya kunjungan kenegaraan ke Peru untuk menghadiri KTT APEC 2016 dan undangan untuk berbicara di PBB sebagai wakil Indonesia. Berikut di bawah ini adalah cuitan langsung Beliau mengenai keterlibatan Beliau di dalam APEC:

Contoh di atas memperlihatkan fungsi kerja Jusuf Kalla yang sifatnya lebih berorientasi pada luar negeri, terutama untuk hubungan diplomatik dengan negara-negara lain, terutama di bidang ekonomi. Fungsi Beliau dalam hal ini berkaitan erat dengan figur Beliau sebagai seorang pebisnis yang dapat menarik hati investor luar, sedangkan Jokowi lebih berorientasi pada pengembangan ekonomi daerah. Berikut di bawah ini salah satu bentuk cuitan re-tweeted Beliau berkaitan dengan diplomasi ekonomi:

Selain itu, Jusuf  Kalla juga berperan besar sebagai duta diplomasi Indonesia di dalam negeri untuk negara-negara lain di dalam kaitannya dengan  ekonomi, pendidikan, dan keamanan. Berikut di bawah ini adalah bentuk cuitan re-tweeted Beliau:

Prabowo Subianto
Dibandingkan dengan akun Jusuf Kalla yang sifatnya diplomasi ekonomi dan kemanusiaan,  akun Twitter Prabowo Subianto lebih menonjolkan citra Beliau sebagai seorang ketua partai Gerindra. Secara otomatis, akun Beliau merupakan perpanjangan tangan dari Partai Gerindra dan sebaliknya. Namun, seperti layaknya Jusuf Kalla, jumlah cuitan re-tweetnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan cuitan langsungnya, meskipun jumlahnya masih terlihat seimbang dengan cuitan langsung Beliau. Berikut di bawah ini adalah cuitannya:

 
Selanjutnya, pertama kali membuka akun Ketua Umum Gerindra ini, pandangan pertama yang muncul adalah kesan Beliau sebagai macho man atau patriotic man seperti yang digambarkan oleh film-film Amerika misalnya GI Joe. Kesan ini bahkan sudah dimunculkan ini dalam  salah satu cuitan re-tweet-nya dari Partai Gerindra sebagai berikut:

Meskipun demikian, sisi lain dari kesan foto ini menampilkan bahwa Beliau adalah orang yang juga senang dipuji-puji dan diagung-agungkan orang melalui kekuasaan dan sangat berambisi menjadi pemimpin. Benarkah demikian? Apabila ditelurusi balik pada tahun 2014, Beliau begitu sangat berambisi menjadi orang nomor satu di Indonesia. Ingatkah Anda siapa yang menjadi lawan politiknya? Beliau waktu itu melawan tidak lain dan tidak bukan presiden kita sendiri Jokowi, yang berakhir dengan kekalahan telak Beliau.  Sekilas melihat cuitan Beliau, terhitung sejak Pilkada Jakarta 2017, tampak jelas bahwa Beliau masih berambisi menjadi orang penting di Indonesia ini. Bagaimanakah cara Beliau untuk mengungkapkan hal ini? Dari pengamatan, melalui cuitan-cuitan Beliau yang bersifat nasionalis dan ‘membakar jiwa patriotisme’. Pemikiran ini terlihat melalui cuitan langsung seperti di bawah ini:
Anies Baswedan
Akun Twitter Gubernur Terpilih Jakarta 2017-2022 ini memang terlihat sangat tersegmentasi dengan keterlibatan Beliau di dalam kampanye. Hal ini memunculkan pandangan pertama akan semakin munculnya sisi Beliau sebagai seorang politikus bersamaan  dengan  sisi Beliau sebagai akademis. Hal ini terlihat bahkan dari cuitan Beliau yang menunjukkan pose dirinya bersama wakilnya Sandiaga Uno. Tampaknya akun Twitter Beliau memang digunakan sekarang ini hanya untuk mengkampanyekan dirinya dan Sandi sebagai ‘pemilik baru Jakarta’ Berikut di bawah ini adalah cuitan Beliau:

Berkaitan dengan kampanye Pilkada DKI 2017, cuitan-cuitan Beliau berhasil menyatakan bahwa politik harus dapat disandingkan keseharian dan keadaan masyarakat yang nyata. Terlihat  dari cuitan politik Beliau yaitu mengenai ke-non-elitisan politik, yang digambarkan dalam bentuk gerakan untuk merangkul masyarakat kelas menengah bawah. Berikut di bawah ini adalah cuitan terkait hal tersebut:

Berbagai cuitan Anies Baswedan juga menampilkan sisi kampanye Beliau untuk untuk menarik hati masyarakat. Misalnya, melalui kampanye program KJPPlus sebagaimana ditunjukkan oleh cuitan ini:

Anies Baswedan juga disukai karena citra Beliau sebagai family man atau Pria berorientasi Keluarga. Sikap Beliau yang sangat perhatian dan  menyayangi anak-anaknya ditunjukkan oleh cuitan di bawah ini:

Anies Baswedan juga digambarkan sebagai pria santun yang taat beragama. Hal ini ditunjukkan oleh cuitan sebagai berikut:

Terakhir, cuitan Anies juga menggambarkan Beliau sebagai politikus humoris yang menanggapi semua berita miring tentang Beliau dengan guyonan santai. Satu video cuitan dari  beberapa cuitan dengan trending #tweetjahat dibawah ini menggambarkan hal tersebut:

Disini Beliau bergaya James Bond lengkap dengan kacamata hitam untuk menjawab netizen yang mengaku Beliau sudah berubah (tidak dikenal lagi). Martini pun berubah menjadi Bir Pletok untuk lebih dapat memasuki lingkungan Indonesia yang muslim dan tidak boleh meminum alkohol.
Ternyata Twittter pun Punya Strata!
Melihat enam peringkat akun Twitter di atas serta konten yang ditampilkan oleh masing-masing politikus, ada satu kesimpulan yang dapat diambil, yaitu kelas atau strata itu penting di dalam politik. Setiap politikus ternyata mempunyai segmentasi pasar yang memang sudah ditetapkan sebelumnya, mungkin bahkan ketika akun Twitter mereka baru dirancang.
Misalnya, SBY memiliki pasar yang ditujukan untuk para akademis atau orang-orang pintar. Berbagai cuitan Beliau sudah menunjukkan segmentasi ini. Hal ini sesuai dengan latar belakang Beliau yang memang bergelut di dalam dunia pendidikan sejak muda. Oleh karena itu, tidak heran bahwa pengikut Beliau pun banyak.
Lain halnya dengan Jokowi yang menggunakan akun Twitter-nya untuk mengambil hati masyarakat Indonesia kelas menengah ke bawah. Ada yang mengklaim bahwa hal ini dilakukan Jokowi karena Beliau dinilai sebagai presiden terlemah di Indonesia. Oleh karena itu, akun Twitter Beliau yang terlihat santai dan informatif dibuat juga sebagai sarana kampanye mengumpulkan kekuatan dan dukungan.
Lain Jokowi dan SBY, lain pula Ahok. Segmentasi kelas yang Beliau perlihatkan dari berbagai cuitannya memperlihatkan bahwa Beliau adalah politikus kaum muda dan orang-orang yang berpikiran moderen dan terbuka. Gaya bahasanya lugas, santai, dan jujur, namun tetap menunjukkan kewibawaannya sebagai pemimpin yang ‘ngangenin’. Kelas masyarakat  Beliau pun ternyata bervariasi, dari kelas atas (artis) sampai dengan kelas bawah, semua menyayangi Beliau. Oleh karena itu, dari reaksi masyakat mengenai kekalahan Beliau, dapat dikatakan sebagai Beliau adalah Governor of The Year untuk masyarakat.
Pada Jusuf Kalla, kelas atau strata yang dikejar adalah mereka yang juga berprofesi sebagai politikus dan tentunya masyarakat menengah ke atas.  Hal ini tidak mengherankan karena Jusuf Kalla atau JK memang adalah seorang pebisnis yang pastinya memiliki lingkaran para pebisnis disekitarnya. Selain itu, berbagai tugasnya sebagai diplomat untuk Indonesia dalam bidang ekonomi makin menguatkan hal ini. Oleh karena itu, melihat pekerjaan dan tugas Beliau, apabila dibandingkan dengan Jokowi yang santai, tidak mengherankan bahwa Beliau harus lebih memperlihatkan citra atau image sebagai sebagai elit politik.
Pada Prabowo Subianto, kelas atau strata Twitter-nya sangat ditujukan untuk mencari dukungan dan suara dari pengikutnya sendiri, yaitu dari Partai Gerindra. Semua cuitan Beliau di dalam Twitternya hampir selalu dikaitkan dengan tujuan untuk dan berkampanye untuk Anies-Sandi dan bahkan dapat dikatakan untuk mengkampanyekan dirinya. Oleh karena, dapatkah kita katakan Prabowo juga sedang mencari suara untuk menjadi presiden tahun 2019?
Akhirnya, pada Twitter Anies Baswedan, tampak bahwa kelas atau stata dari akun Twitter Beliau sangat menunjuk pada masyarakat Jakarta yang mayoritas beragama muslim. Kelas yang dituju pun bervariasi, agak mirip dengan Ahok. Meskipun demikian, bedanya Beliau berusaha menciptakan kesan sebagai politikus yang santun dan anti-elitis, yaitu yang berpihak pada kelas bawah yang miskin dan tertindas. Semua cuitan Beliau menunjukkan kedua konsep ini.
Pada akhirnya, inilah fungsi Twitter saat ini, yaitu sebagai mesin perang pengaruh bagi para politikus dengan menggunakan kelas sebagai medannya. Penjelasan-penjelasan di atas sangat menunjukkan bahwa kelas adalah sarana kampanye efektif bagi politikus untuk memperoleh suara, Dengan kata lain, strategi kelas akan menciptakan gelombang dukungan yang pasti terbukti ampuh untuk memperoleh kemenangan. Akhir kata, mengutip Walter Rodney, seorang politikus asal Guyana, apabila tidak ada kelas di dalam masyarakat, maka tidak akan ada negara. Hal ini terjadi karena negara adalah permainan kelas tertentu, politikus di dalam hal ini, untuk mengontrol masyarakat demi kepentingan mereka sendiri. (Berbagai sumber/N30)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi