Panda Nababan Berdiri di Kubu Said Didu Soal PIK 2: Apa yang Dia Teriakkan Sama Seperti di Hati Nuraniku

Panda Nababan Berdiri di Kubu Said Didu Soal PIK 2: Apa yang Dia Teriakkan Sama Seperti di Hati Nuraniku

17 January 2025, 0:49

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Gencar menyuarakan rintihan rakyat kecil di sekitar PIK 2, Muhammad Said Didu mendapat dukungan dari sahabat lamanya.

Dukungan itu datang dari Politikus PDIP, Panda Nababan. Secara blak-blakan mengaku bahwa dirinya satu suara dengan Said Didu.

“Apa yang diteriakkan Said Didu itu seperti di hati nuraniku,” ujar Panda dikutip dari Podcast Keadilan TV, Kamis (16/1/2025).

Panda bilang, gerakan Said Didu dalam beberapa tahun terkahir, terutama kala membantu orang kecil seperti di PIK 2, membuat dirinya terpanggil.

“Gerakan membantu korban-korban dari apa yang terjadi di PIK dan sebagainya. Itu terus terang menggugah saya,” tandasnya.

Sebelumnya, pagar sepanjang 30 km di laut PIK 2 mendadak menjadi perhatian publik. Dan, Said Didu menjadi salah satu yang paling keras memberikan sorotan.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN ini kembali komentar terkait keberadaan pagar laut sepanjang 30 kilometer di wilayah Banten.

Ia menduga keberadaan pagar tersebut melibatkan pengembang besar, PIK 2, yang didukung oleh kekuatan pemerintahan dan aparat penegak hukum.

“Kenapa (agar 30 km) tidak bisa dibuka, kenapa aparat takut membuka? Dan kenapa tidak bisa diketahui siapa yang melakukan pemagaran?,” ujar Said Didu dalam keterangannya di X @msaid_didu (13/1/2025).

“Saya menduga ada tiga hal yang terjadi, pengembang PIK 2 yang mengendalikan wilayah tersebut betul-betul sudah mengendalikan kekuasaan dan penegak hukum,” tambahnya.

Menurutnya, ada indikasi kuat bahwa aparat telah menjadi bagian dari mekanisme penggusuran yang tidak adil terhadap rakyat kecil.

“Ataukah negara atau pejabat sudah hidup dari preman ataukah aparat sudah jadi bagian dari preman?,” tandasnya.

Said Didu menilai ada tiga hal yang menyebabkan keberadaan pagar itu sulit diungkap.

Pertama, ia menduga pengembang PIK 2 telah mengendalikan wilayah tersebut, termasuk pengaruhnya terhadap kekuasaan dan penegak hukum.

“Ketika Pak Prabowo memberikan instruksi, baru bisa goyang. Artinya pengembang PIK 2 sudah menguasai pemerintahan,” cetusnya.

Dikatakan Said Didu, hal ini mengindikasikan pengembang PIK 2 telah menguasai pemerintahan. Ia juga menduga adanya praktik kongkalikong sistematis dalam proses penjualan pantai.

“Saya punya keyakinan terjadi kongkalikong secara sistematis penjualan pantai yang pasti diketahui aparat desa. Pagar-pagar itu memang disiapkan untuk reklamasi dengan alasan sudah membeli tanah,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Said Didu menyoroti dugaan keterlibatan mafia dan premanisme dalam pelaksanaan pemagaran dan transaksi jual beli tanah.

“Pelaksanaan semua tersebut memakai sistem mafia, preman, sehingga selalu menyatakan PT Agung Sedayu tidak terlibat,” Said Didu menuturkan.

Said Didu bilang, sistem tersebut digunakan agar mereka yang bermain di belakang layar tidak tersentuh oleh kasat mata.

“Karena memang mereka bekerja di bawah melakukan pemagaran, jual beli, itu adalah memakai sistem preman tingkat bawah sehingga tidak tersentuh ke atas,” tandasnya.

Said Didu mendesak penyelidikan serius terhadap kasus ini. Menurutnya, pihak yang memberi perintah pemagaran harus diusut untuk mengungkap dalang sebenarnya di balik aksi tersebut.

“Ini harus diselidiki oleh penyidik. Sebenarnya perintah pemagaran ini harus diusut,” kuncinya.

(Muhsin/fajar)

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi