Nasaruddin Umar
Tausiah Politik
RM.id Rakyat Merdeka – Dalam tradisi Hinduisme, Avatara yang biasa juga disebut Awatara atau Avatar berarti inkarnasi atau manifestasi Tuhan turun ke bumi yang mengambil bentuk dunia materi untuk memberi petunjuk dan menyelamatkan alam dari kehancuran, terutama orang-orang yang senantiasa menegakkan bhakti dan dharma.
Ini sesuai dengan kitab Bhagavad Gita: Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge (Ketika kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang saleh dan membinasakan orang jahat dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman).
Baca juga : Memupuk Cinta Sejati Antara Sesama MakhlukDalam kitab Purana dijelaskan bahwa Dasa Awatara (10 jenis Avatara) diyakini sebagai penjelmaan Dewa Wisnu dalam bentuk dunia materi sebagai misi menyelamatkan dunia.
Dari sepuluh Awatara, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat untuk turun ke dunia.
Selain 10 Avatara dalam kitab-kitab Purana dan Veda juga dikenal beberapa di antara orang dianggap sebagai Avatara oleh umat Hindu dan yang yang meyakininya.
Baca juga : Menjadi Muslim Yang Berkepribadian QanaahMereka adalah orang-orang dengan kekuatan jasmani dan rohani yang luar biasa jika dibandingkan dengan manusia normal dan diyakini sebagai penitisan Tuhan atau manifestasinya.
Kehadiran Avatara dianggap sebagai symbol petunjuk Tuhan dalam bentuk fisim duniawi. Tubuh sang pembawa petunjuk dianggap sebagai kalam atau bentuk lahir dari petunjuk itu.
Hal ini mirip dengan atau sama tradiri Kristiani Sang Kristus dianggap sebagai kalam-Nya. Dalam tradisi kekristenan bahasa ritual tidak dipersoalkan, apakah orang akan menggunakan bahasa Latin, Yunani, Arab, atau bahasa Indonesia.
Baca juga : Menjadi Muslim yang Berkepribadian TawadhuYang penting para peserta kebaktiannya bisa merasakan “darah dan tubuh Kristus”. Bahasa Latin yang sering dugunakan dalam acara ritual keagamaan Katolik hanyalah Bahasa liturgi, bukannya bahasa suci.
Dalam tradisi Budhisme sang Budha sendiri sebagai “Avatara” (inkarnasi). Bahasa pengungkapan sang Budha tidak soal menggunakan bahasa apa, yang penting pesan sang Budha ter-manifestasi. Teks-teks agama Budha di masa awal termaktub ke dalam Bahasa Sansekerta kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Pali, Tamil, China, Thailan, dan lain-lain.
Seseorang bisa menjadi penganut agama Budha terbaik tanpa harus menguasai bahasa Sansekerta. Dalam sejumlah agama sebagaimana disebutkan di atas bentuk lahir dari kata-kata atau kalam-Nya bukanlah sebuah Bahasa, karena yang tampil sebagai bahasa ialah sang Avatara.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.