FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Program 3 Juta Rumah merupakan program Pemerintahan Prabowo-Gibran dalam rangka membantu masyarakat kecil untuk memiliki tempat tinggal layak huni.
Program 3 Juta Rumah per tahun terdiri dari pembangunan dua juta rumah di perdesaan dan pembangunan satu juta apartemen di wilayah perkotaan. Pembangunan dua juta rumah di perdesaan bertujuan untuk mendukung desa sebagai sumber ketahanan pangan sekaligus desa wisata yang memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat pedesaan.
Sementara itu, pembangunan satu juta apartemen per tahun di wilayah perkotaan bertujuan untuk membantu masyarakat yang bekerja di wilayah perkotaan untuk memiliki tempat tinggal dekat dengan tempat kerjanya.
Anggota Komisi V DPR RI Hamka B Kady mengaku tertegun dengan terobosan Presiden Prabowo Subianto tersebut. Pasalnya target yang dipatok meningkat signifikan jika dibandingkan dengan pemerintahan era Joko Widodo.
Pada 10 tahun periode Presiden Jokowi 2019-2024 hanya mampu membangun rumah 2.177.000 dengan anggaran APBN Rp 119,9 triliun.
Menurut Legislator asal Sulawesi Selatan, perlu dirumuskan konsep yang jelas untuk implementasinya.
Karena, lanjut Hamka, pola pada periode lalu itu hanya mengandalkan APBN, maka perlu dicari solusi agar target 3 juta rumah per tahun bisa tercapai.
“Oleh karena itu, dengan anggaran yang sangat terbatas dan target pembangunan rumah sebanyak 3 juta unit per tahun membutuhkan konsep dan strategi yang jelas,” kata Hamka di Gedung Nusantara, DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Sementara itu, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait menempuh konsep gotong royong, menyusul keterbatasan APBN.
Salah satu cara adalah menggandeng sejumlah pihak swasta yakni Agung Sedayu dalam rangka membantu masyarakat kecil untuk memiliki tempat tinggal layak huni.
“Macam-macam bentuknya. Kalau dari swasta tanahnya yang bangun rumah juga swasta kan bisa intinya dikasih ke rakyat yang tepat dan jangan sampai salah sasaran. Kita ngasih BLT aja sering tidak tepat,” tutur Ara, sapaan akrabnya.
Ara bahkan harus mengambil jalan pintas dengan menyumbangkan tanah milik perusahaannya di Kabupaten Tangerang seluas 2,5 hektar untuk dibangun rumah rakyat gratis.
Upaya penyediaan rumah bagi rakyat kecil di Indonesia memang membutuhkan strategi-strategi yang di luar kebiasaan atau out of the box yang diharapkan menjadi terobosan-terobosan penting.
Efisiensi menjadi strategi penting yang berperan menunjukkan bahwa membangun rumah untuk rakyat tidak selalu harus dimulai dari nol, tapi bisa diwujudkan dengan pemanfaatan dan optimalisasi aset-aset yang dimiliki oleh pemerintah.
Keterbukaan publik dan inovasi merupakan strategi-strategi yang berperan dalam mengupayakan penurunan harga rumah bagi rakyat semua lapisan melalui upaya pencegahan korupsi dan pemanfaatan lahan sitaan dari koruptor sehingga dapat meringankan beban anggaran Pemerintah.
Pun meringankan beban bagi masyarakat bawah untuk mendapatkan hunian layak. (Pram/fajar)