Warta Ekonomi, Jakarta –
Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PERSEPI) terus ditinggalkan oleh anggotanya. Pertama lembaga Poltracking Indonesia menyatakan dengan tegas keluar dari organisasi tersebut dan kini dua lembaga survei lainnya mengikuti.
Dua lembaga survei tersebut adalah Parameter Politik Indonesia (PPI) dan Voxpol Center Research and Consulting yang memilih untuk meninggalkan PERSEPI. Hal ini menimbulkan pertanyaanya di benak publik, ada apa dengan PERSEPI.
Sebelumnya integritas PERSEPI dipertanyakan sehingga berujung keluarnya Poltracking Indonesia.
“Poltracking pada 2014 diajak bergabung ke Persepi karena pertaruhan integritas, pada 2024 Poltracking keluar dari Persepi juga karena pertaruhan integritas,” ungkap Masduri Amrawi, Direktur Poltracking Indonesia, dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (7/11).
Keputusan Poltracking untuk hengkang dari PERSEPI bukan tanpa alasan. Lembaga survei yang telah membangun reputasi selama 12 tahun sebagai lembaga survei paling akurat dan presisi diperlakukan tidak adil oleh Dewan Etik PERSEPI terkait survei Pilkada Jakarta 2024.
Poltracking menilai ada ketidakadilan dalam proses pemeriksaan dan pengambilan keputusan oleh Dewan Etik PERSEPI. Tak lama setelah Poltracking keluar, Parameter Politik Indonesia (PPI) juga menyatakan mundur dari PERSEPI.
Melalui surat resmi yang ditandatangani oleh Direktur PPI, Sadam Husen Falahuddin, lembaga ini menegaskan keluarnya dari PERSEPI adalah keputusan sukarela. Adi Prayitno, peneliti senior PPI, membantah bahwa keputusan ini terkait dengan kisruh antara PERSEPI dan Poltracking.
“Enggak ada urusannya dengan sengketa Lembaga lain. Murni alasan internal organisasi,” ujar Adi.
Tak berhenti sampai di situ, Voxpol Center Research and Consulting kemudian menyatakan diri keluar dari PERSEPI. Voxpol menyatakan keluar dengan melayangkan surat pengunduran diri dari keanggotaan PERSEPI.
“Melalui surat ini, kami Voxpol Center Research and Consulting menyatakan keluar dari keanggotaan Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi),” demikian bunyi suratnya.
Hal ini kemudian dibenarkan oleh Dorektur Eksekutif Voxpol, Pangi Syarwi Chaniago. Pangi mengatakan Voxpol telah keluar dari PERSEPI.
“Benar,” balas Pangi singkat ketika diminta konfirmasi terkait keluarnya Voxpol dari PERSEPI.
Poltracking, sebagai lembaga yang pertama kali mengumumkan keluarnya dari PERSEPI, menyoroti beberapa poin krusial. Objektifitas Dewan Etik PERSEPI dalam menangani perbedaan hasil survei antara Poltracking dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) untuk Pilkada Jakarta.
“Dewan Etik Persepi tidak adil dalam menjelaskan tentang perbedaan hasil antara LSI dan Poltracking,” kritik Masduri.
Poltracking telah memenuhi semua permintaan data dan penjelasan dari PERSEPI, namun dewan etik merilis hasil yang tidak relevan sesuai fakta.
Keputusan tiga lembaga survei ternama ini untuk meninggalkan PERSEPI menimbulkan pertanyaan besar tentang kredibilitas dan integritas organisasi tersebut.
Dalam perjalanannya, Poltracking Indonesia sudah lama terlibat dalam berbagai kegiatan survei, dari Pemilu 2014, Pilkada 2015, Pilkada 2017, Pilkada 2018, Pemilu 2019, Pilkada 2020, dan Pemilu 2024.
Hasil survei Poltracking memprediksi kecenderungan Pilpres 2024 berlangsung satu putaran. Hasil Quick Count Poltracking paling presisi di antara anggota-anggota Persepi.
Termasuk hasil Pilpres 2019, hasil survei hanya selisih 1% dan quick count selisih 0.52% dengan hasil resmi KPU. Paling presisi di antara berbagai hasil lembaga survei. Bahkan Quick count Poltracking di Pilkada Bengkulu 2020 selisih 0%.
PERSEPI, yang seharusnya menjadi wadah bagi lembaga-lembaga survei untuk menjaga standar dan etika, kini justru ditinggalkan oleh anggota-anggota utamanya. Eksodus besar-besaran membuka mata publik tentang objektifitas PERSEPI dalam menaungi lembaga survei.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.