Krjogja.com – SLEMAN – “Manusia tidak seharusnya merusak alam, tetapi justru menjaga dan melestarikannya.” Pesan tersebut disampaikan Sri Sultan HB X dalam pertemuan kekeluargaan bersama organisasi pemuda lintas iman Indonesia di Nawang Jagad, Kaliurang, Senin (20/1/2025) pagi. Sultan yanh hadir bersama putri tertua GKR Mangkubumi dan dua cucu yakni RM Drastya Wironegoro dan RM Gustilantiko Marrel Suryokusumo juga menanam 100 pohon langka sebagai simbol upaya pelestarian lingkungan. Pertemuan tersebut berjalan dengan menarik, di mana Sultan mengaku takjub karena doa pembuka yang pertama memulai acara dilakukan oleh pemuda perwakilan umat Buddha. Sultan menyampaikan bahwa hal tersebut yang seharusnya dilakukan bangsa Indonesia dengan keberagamannya. Baca Juga: PGAT Aksi Damai di Jalan Affandi, Apa Saja Ajakannya?“Saya terkejut, dalam arti positif karena acara ini dibuka dengan doa dari agama Budha. Ini makna Bhinneka Tunggal Ika yang ada di Indonesia. Saya sangat mengapresiasi,” ungkap Sultan.Menarik pula, wilayah Kaliurang yang sedari pagi diselimuti mendung dan hujan gerimis berubah menjadi cukup cerah. Bahkan Merapi menampakkan diri dengan utuh, saat Sultan selesai seremonial menanam pohon kepel, dan melihat dari dekat aliran sungai yang berhulu di Merapi, dari Nawang Jagad.Saat Sultan bersama para ketua organisasi pemuda lintas iman berdialog secara intim, Merapi tampak cerah sebagai pemandangan utama di hadapan mereka. Baca Juga: UPTD Metrologi Bantul Gencarkan Tera Ulang, Iwan: Agar Konsumen Tidak DirugikanRM Gustilantika Marrel menjelaskan bahwa ide kegiatan ini muncul pada Desember 2024 dalam pertemuannya dengan pemimpin organisasi pemuda lintas iman. Tema besar yang diusung adalah Air untuk Masa Depan Peradaban di mana ditekankan pentingnya menjaga ekosistem DIY dengan fokus pada kelestarian air.”Persoalan lingkungan sering kali tidak terlihat hingga dampaknya terasa. Ketika itu terjadi, sudah terlambat. Oleh karena itu, kami memulai gerakan Gunung Bali Gunung agar Gunung Merapi di wilayah DIY ini kembali seperti fungsinya menjadi sumber kehidupan,” ungkap Marrel.Sementara, GKR Mangkubumi berharap aksi penanaman pohon diperbanyak dan semakin luas dilakukan. Sejak erupsi Merapi 2010, dikatakan Mangkubumi, banyak alur sungai tertutup.”Dengan semakin banyak pohon, aliran air akan kembali menghidupkan wilayah hingga ke selatan,” tandas GKR Mangkubumi. Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma, menyebut aksi ini sebagai bukti nyata kolaborasi lintas iman untuk melestarikan lingkungan. Ia menautkan filosofi Kraton Yogyakarta, Memayu Hayuning Bawana, dengan ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si.
“Merawat bumi berarti merawat kehidupan itu sendiri. Dengan aksi ini, kita membangun Indonesia yang hijau dan berkelanjutan,” tegas Gusma. Ketua Umum GAMKI, Sahat MP Sinurat, melihat acara ini sebagai kelanjutan sejarah. Ia mengingatkan peran Sultan HB IX pada 19 Agustus 1945 yang mengumpulkan pemuda di Bangsal Kepatihan untuk menyuarakan semangat perubahan. 80 tahun kemudian, menurut dia, sejarah berlanjut.”Hari ini Sri Sultan HB X bersama 100 pemuda Indonesia meneguhkan tekad untuk merawat bangsa dan alamnya,” tandasnya.Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, memaknai pohon sebagai simbol Indonesia. Ia mengibaratkan, dahan, ranting, dan daun pohon adalah representasi kebhinekaan Indonesia, sementara akar adalah kerajaan-kerajaan Nusantara yang menjadi pondasi bangsa.”Tugas kita adalah merawat dan memupuk akar kebijaksanaan lokal agar pohon Indonesia terus tumbuh dan memberikan buah kesejahteraan,” jelas Addin. Acara ini dihadiri tokoh lintas iman, seperti Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin, Ketua Umum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum GAMKI Sahat MP Sinurat, Wakil Ketua Gemabudhi Wiryawan, dan perwakilan Pemuda Muhammadiyah DIY, Eko Priyo Agus Nugroho. Hadir pula Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI AM Putut Prabantoro serta Herman Handoko, Ichwan Peryana dan Muhammad Fauzi Purnama yang ketiganya adalah mitra GP Ansor. (Fxh)