Disbud Sleman Gelar Sarasehan Manuskrip, Langkah Awal Menumbuhkan Komitmen Masyarakat Belajar Manuskrip

Disbud Sleman Gelar Sarasehan Manuskrip, Langkah Awal Menumbuhkan Komitmen Masyarakat Belajar Manuskrip

8 November 2024, 0:40

Krjogja.com – SLEMAN – Manuskrip atau naskah bernilai budaya dan sejarah warisan dari para luluhur/nenek moyang sangatlah penting. Manuskrip yang berbentuk serat atau babad memiliki arti penting bagi peradaban, sejarah, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, sehingga akan sangat bermanfaat untuk generasi saat ini dan di masa mendatang. Namun demikian, tidak semua orang mempunyai kesadaran akan arti penting dari sebuah manuskrip. Selain itu tidak semua orang bisa mengungkap (membaca dan mengartikan) tulisan dalam sebuah manuskrip. Oleh karenanya, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman berupaya untuk meningkatakan kesadaran serta komitmen masyarakat dalam mempelajari manuskrip, salah satunya melalui kegiatan sarasehan manusikrip.
“Sarasehan manuskrip ini menjadi langkah awal dari kami (Dinas Kebudayaan Sleman) untuk menumbuhkan pemahaman masyarakat terhadap arti penting manuskrip, juga menumbuhkan komitmen untuk belajar tentang manuskrip. Sehingga kegiatan seperti ini akan terus berkelanjutan menyasar masyarakat,” terang Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman, Edy Winarya SSn MSi dalam kegiatan Sarasehan Manuskrip Tahun 2024 di Joglo Sendangadi, Mlati Sleman, Kamis (7/11/2024). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman dan didanai oleh dana keistimewaan. Sarasehan menghadirkan dua narasumber yaitu Syukron Arif Muttaqin (Anggota DPRD Kabupaten Sleman) dan Hanna Asrowi Efflina Lailufa SS (Pengelola Manuskrip di Kabupaten Sleman) dipandu moderator Zaenal Fanani (Akademisi).

Peserta sarasehan terdiri dari komunitas budaya, penggiat manuskrip dan naskah kuna, para lurah se Kapanewon Mlati, guru MGMP Bahasa Jawa, dan lainnya. Sarasehan dimeriahkan pentas seni Srandul oleh kelompok Raos Ngayogjan Sendangadi dengan lakon ‘Makelar adalah Maut’. Di sela sarasehan dilakukan peluncuran digitalisasi manuskrip. Edy Winarya meyakini banyak manuskrip yang berada/disimpan di masyarakat (milik lembaga atau perorangan). Sebagai contoh manuskrip yang disimpan oleh Masjid Pathok Negara dan manuskrip-manuskrip yang disimpan oleh perorangan sebagai warisan dari luluhurnya. Menurut Edy, untuk manuskrip yang disimpan oleh perorangan, masih ada anggapan dari si pemilik bahwa manuskrip adalah barang yang wingit, sehingga dibungkus kain kafan dan sebagainya dan hanya disimpan saja. Padahal ada ilmu pengetahuan/sejarah yang sangat berharga dalam manuskrip tersebut yang perlu ungkap dan dipelajari. “Untuk langkah awal, kami akan melakukan inventarisasi manuskrip yang ada di masyarakat, tidak untuk kami bawa, hanya diduplikasi saja,” ujarnya. Langkah berikutnya, kata Edy, secara bertahap (sedikit demi sedikit) manuskrip yang telah diinventarisir tersebut, mulai diungkap isinya dan dikaji dengan melibatkan tim ahli cagar budaya untuk bisa ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. “Khususnya di Kabupaten Sleman, manuskrip yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda memang belum ada. Melalui upaya-upaya ini diharapkan ada manuskrip yang bisa ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari DIY atau Sleman,” katanya. (Dev)

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi