Harianjogja.com, JOGJA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja merilis data pada 2021 bahwa kualitas semua sungai di Jogja masuk dalam kategori tercemar berat. Diketahui, Kota Jogja dilintasi oleh empat sungai, yaitu Winongo, Code, Sungai Manunggal, dan Sungai Gajahwong. Kualitas sungai dapat diketahui dari status mutunya. Perhitungan status mutu air sungai dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan IP dan Storet.
Dari Laporan Kualitas Air 2021 yang dikeluarkan oleh DLH Kota Jogja dinyatakan bahwa kondisi kualitas air sungai di Kota Jogja mempunyai status mutu cemar berat untuk semua sungai.
PROMOTED:
Resmikan IKM di Umbulharjo, Dinas Perinkopukm Jogja Berharap IKM Naik Kelas
Untuk mengetahui kualitas air sungai, DLH Kota Jogja melakukan pengujian dengan parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi. Kondisi cemar berat dari keempat sungai tersebut karena tingginya angka parameter mikrobiologi yaitu total Coliform dan Fecal Coliform, selain itu parameter Fosfat, Sulfida, Nitrat, Nitrit, BOD, COD, dan klorin total juga berpengaruh dalam penilaian tersebut. BACA JUGA: Cuaca Ekstrem, Event Luar Ruangan Diminta Pindah ke IndoorKepala UPT Laboratorium Lingkungan DLH Kota Jogja, Sutomo menyampaikan dalam menentukan kualitas air sungai perlu diuji karena secara visual sulit untuk membedakan kualitas air sungai dari tahun ke tahun. “Dari hasil yang ada, itu menandakan beban polutan yang masuk ke sungai semakin banyak, tetapi secara fisik ya mirip-mirip saja, paling yang terlihat secara fisik agak keruh,” kata Sutomo, Kamis (13/10/2022).Mutu air sungai tersebut akan berefek pada kelangsungan hidup biota sungai, dan kegiatan manusia yang tergantung dengan sungai seperti perikanan. “Bisa jadi ada potensi air sungai dan air tanah di sekitar sungai saling infiltrasi, bisa jadi air sungai itu merembes ke air tanah warga. Kalau [bakteri] E. coli-nya tinggi akan berdampak ke kesehatan,” imbuhnya. Menurut Sutomo, di sungai Jogja sebagian besar cemaran berasal dari limbah domestik. Dalam laporan tersebut, di Sungai Winongo terdapat jumlah Coliform dan Fecal Coliform yang tinggi hingga melebihi baku mutu akibat limbah yang berasal dari feses manusia dan ternak.
Selanjutnya, Sungai Manunggal yang memiliki tingkat pencemaran tertinggi di antara sungai lainnya disebabkan salah satunya karena intensitas pembuangan limbah domestik lebih banyak di sungai ini.Di Sungai itu ditemukan kadar nitrat tinggi yang melebihi baku mutu yang mengindikasikan pencemaran antropogenik akibat aktivitas manusia atau tinja hewan.Selain itu terdapat parameter fosfat yang berasal dari limbah domestik (buangan air tinja, sisa makanan, pupuk) dan penggunaan deterjen sintetis. Selain itu, di Sungai Gajah Wong ditemukan beban pencemaran berasal dari aktivitas manusia, salah satunya detergen yang dapat meningkatkan kadar fosfat di perairan.
Di Sungai Code terdapat limbah pemukiman dari septic tank yang outletnya dialirkan menuju sungai yang dapat meningkatkan bakteri Coliform dalam air. “Beban rumah tangga sangat tinggi, artinya di antara sumber pencemar lainnya sumber rumah tangganya tinggi,” ucap Sutomo. Menurut Sutomo, dari laporan tersebut, Kota Jogja harus fokus ke pengendalian rumah rumah tangga cair sebelum dilepas ke badan air sungai mestinya tertibnya harusnya bagus sehingga memenuhi baku mutu yang diperbolehkan secara aturan. Dia berharap dengan fokus ke pengendalian limbah domestik, maka beban sungai akan lebih ringan. Dalam upaya menjaga mutu air sungai, Pemkot Jogja memiliki beberapa program di antaranya pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal melalui Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Jogja, selain itu Dinas Kesehatan juga berperan dalam memberikan edukasi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) untuk tidak membuang limbah langsung ke sungai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News