Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman mencatat ada 317 kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan ternak di Sleman selama 2024. Dari jumlah itu, ada 282 kasus aktif dengan 32 ekor ternak sembuh dan tiga ekor mati. Plt. Kepala DP3 Sleman, Suparmono mengatakan data tersebut mereka himpun dari Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS).
Kasus PMK aktif tersebut perlu Pemkab Sleman waspadai agar tidak menyebar ke ternak lain. Pasalnya, populasi ternak rentan PMK di Bumi Sembada ada 97.020 ekor dengan rincian 2.886 ekor sapi perah, 26.375 ekor sapi potong, 24.688 ekor kambing, 39.134 ekor domba, 3.800 ekor babi, dan 137 ekor kerbau.Serangkaian tindakan penanganan sebenarnya telah Pemkab lakukan seperti peningkatan surveilans, investigasi, pengambilan sampel, dan pengujian.Pengujian ini penting untuk mengidentifikasi sumber penularan, faktor risiko, epidemiologi penyakit, dan penyebab kematian ternak.Dari sisi pencegahan, DP3 telah melakukan vaksinasi terhadap sapi, kambing, domba, dan kerbai pada 2024 dengan jumlah 19.187 dosis.BACA JUGA: Momen Perayaan Tahun Baru 2025 di Jogja, Kunjungan ke Mal Naik 300 PersenSleman juga mendapat bantuan vaksin PMK sebanyak sepuluh botol, per botol 25 dosis, dari Kementerian Pertanian (Kementan). Vaksin dari Kementan ini kemudian digunakan oleh petugas Puskeswan pada 29–31 Desember 2024.Pencegahan tidak berhenti pada vaksinasi. Bekerja sama dengan Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, BBVet kemudian melakukan survailans pasca vaksinasi untuk mengetahui efektifitas terbentuknya antibodi terhadap PMK.Survailans dilakukan dengan mengambil sampel pada hari ke-18 setelah vaksinasi. Sampel yang diambil sebanyak 60 sampel. Hasilnya surveilans tersebut vaksinasi PMK yang dilakukan efektif dalam pembentukan antibodi terhadap PMK.DP3 meminta kepada peternak untuk melaporkan hewan sakit/terduga sakit dan mati kepada petugas. Selain itu, peternak perlu menutup sementara kandang yang ditemukan hewan sakit/terduga sakit terhadap keluar-masuk hewan, produk hewan, dan media pembawa penyakit lainnya. “Itu laporan terakhir kami dan belum ada laporan penambahan kasus lagi,” kata Suparmono, Rabu (1/1/2025).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News