Harianjogja.com, JOGJA—Indonesia berada di peringkat ke-77 dalam Global Hungry Index atau Indeks Kelaparan Global 2024. Sementara dalam lingkup Asia Tenggara, kelaparan di Indonesia tertinggi ketiga.Indeks Kelaparan Global mencakup beberapa indikator, dari kekurangan gizi hingga kematian balita. Sebanyak 7,2% masyarakat Indonesia mengalami kekurangan gizi. Dari sisi stunting, ada 26,8% anak balita Indonesia yang masuk kategori tersebut.
Dalam indikator berat dan tinggi badan anak yang tidak ideal, ada sekitar 10% anak Indonesia yang bermasalah. Sementara itu, terdapat 2,1% anak-anak yang meninggal sebelum ulang tahun kelima mereka.Secara periodik, Indeks Kelaparan Global di Indonesia semakin menurut besarannya. Pada tahun 2000, skor Indeks Kelaparan Global berada di poin 25,7. Untuk skor tahun 2008 sebesar 28,2 dan 2016 senilai 18,3. Sementara untuk skor tahun 2024 sebesar 16,9.Masalah Gizi di IndonesiaMenteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan persoalan gizi termasuk salah satu masalah atau penyakit besar di Indonesia, di samping beberapa penyakit lainnya. “Salah satu masalah atau penyakit paling besar di Indonesia itu bukan hanya stroke, jantung, dan kanker, tapi gizi,” kata Budi, beberapa waktu lalu.Berbicara mengenai gizi, lanjut Budi, bisa karena kebanyakan atau kekurangan. Kondisi kebanyakan gizi biasanya dialami para orang tua, dilihat dari perutnya yang membuncit. Sementara kondisi kekurangan gizi dialami balita (bayi bawah lima tahun) dan ibu-ibu.”Kekurangan atau kebanyakan gizi ini bukan dari jumlahnya, tapi juga dari ragamnya. Itu sebabnya pada saat menyajikan makanan itu jumlahnya harus pas, ragamnya harus pas,” katanya.Budi mengatakan, jumlah gizi yang harus pas dan juga ragam gizi harus pas untuk anak anak, balita, dan ibu hamil tersebut beda dengan ragam jumlah yang harus pas dengan orang tua. Hal itu karena ada takarannya masing-masing. “Itu sebabnya harus dibuat rumah produksi pangan yang mengetahui cara membuat makanan gizi yang jumlah dan ragamnya pas untuk kelompok umur tertentu,” kata Budi.Masalah Seluruh DuniaPada 2023, sebanyak 733 juta orang di seluruh dunia menghadapi masalah kelaparan. Gaza menjadi yang paling krisis kelaparan di dunia.Wakil Direktur Jenderal FAO, Beth Bechdol, mengajak seluruh dunia untuk konsen pada masalah kelaparan. Penanganan serius terutama untuk wilayah yang kelaparannya ekstrem, seperti Gaza, Sudan, Haiti, dan Ukraina.”Pada tahun 2023, sekitar 733 juta orang menghadapi kelaparan. Ini setara dengan satu dari sebelas orang secara global dan satu dari lima orang di Afrika. Ini tidak dapat diterima,” katanya.”Hampir setengah populasi dunia saat ini tidak mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk berkembang, dan dalam beberapa kasus, bertahan hidup.”Bechdol mengatakan, hak atas pangan merupakan hak asasi manusia yang mendasar. Permasalahan pangan menjadi tanggung jawab kolektif. “Kita harus melakukan yang lebih baik,” katanya.Menurut Bechdol, masalah kelaparan bisa banyak sebabnya, termasuk konflik, krisis iklim, dan guncangan ekonomi sebagai penyebab utama kelaparan, yang semakin memperburuk populasi yang rentan.Indeks Kelaparan di Dunia 2024(Semakin tinggi peringkat, semakin tinggi tingkat kelaparan)PeringkatNegara1Belarusia2Bosnia dan Herzegonia3Chile4China5Kosta Rika6Kroasia7Estonia8Georgia9Hungaria10Kuwait 76Bolivia77Indonesia78Gabon79Kamerun PeringkatNegara120Liberia121Nigeria122Haiti123Republik Kongo124Madagaskar125Chad126Yaman127Somalia128Burundi129Sudan SelatanIndonesia menempati urutan tertinggi ke-3 di Asia Tenggara sebagai negara dengan tingkat kelaparan yang besar.Peringkat Indonesia di Asia Tenggara hanya di atas Timur Leste dan Laos. Indikator Penyusunan Indeks Kalaparan:Tingkat kekurangan giziJumlah anak yang mengalami stunting.Anak yang berat dan tingginya tidak ideal sesuai usia perkembangannya.Tingkat kematian anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News