Suara.com – Industri pariwisata Yordania tengah menghadapi masa sulit akibat dampak berkelanjutan dari konflik Israel-Hamas yang telah berlangsung lebih dari setahun. Salah satu sektor yang paling terpukul adalah kawasan Petra, tujuan wisata utama yang terkenal dengan kota kuno yang dipahat dari batu berwarna mawar.
Pemilik hotel di Petra, Enas Al Hinti, mengungkapkan bahwa ia terpaksa memotong gaji staf hingga setengahnya dan meminta karyawan untuk mengambil cuti tanpa bayaran guna menjaga kelangsungan operasional hotelnya.
Sejak dimulainya perang antara Israel dan Hamas pada Oktober 2023, jumlah wisatawan, terutama dari Eropa dan Amerika, menurun drastis. Pada tahun-tahun sebelumnya, Petra berhasil menarik lebih dari satu juta wisatawan setiap tahunnya.
Namun, kini suasana di kota yang menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO tersebut terlihat suram. Banyak bisnis di sekitar Petra terpaksa menutup toko mereka, sementara hotel-hotel sepi pengunjung.
Baca Juga: Warga Amsterdam Serang Suporter Israel yang Sobek Bendera Palestina
“Tidak ada pemasukan, semuanya kerugian,” kata pengelola hotel Nomads, Al Hinti.
Data terbaru menunjukkan bahwa pemesanan tiket penerbangan ke Yordania, yang tidak terlibat langsung dalam konflik, turun hingga 35% pada periode antara 16 September hingga 4 Oktober 2024. Penurunan ini disebabkan oleh ketakutan wisatawan akan potensi konflik lebih lanjut di wilayah Timur Tengah.
Pariwisata yang sebelumnya berkontribusi sebesar 12,5% terhadap perekonomian Yordania kini menghadapi ancaman jangka panjang. Hotel-hotel di Petra mengalami penurunan tingkat hunian yang tajam, rata-rata hanya sekitar 10%, menurut Abdullah Hasanat, Presiden Asosiasi Hotel Petra.
“Kami mencari penyelamat. Semua investasi di Petra kini sedang dirawat di ICU. Ketika pariwisata berhenti, pemesanan pun berhenti,” katanya.
Sementara itu, beberapa wisatawan Barat masih berani mengunjungi Yordania meski adanya kekhawatiran terkait keselamatan.
Baca Juga: Serangan Udara Terbaru Israel di Gaza Tewaskan Puluhan Warga Sipil, Termasuk Anak-anak
“Kami tahu perjalanan ini bisa dibatalkan jika kondisinya terlalu berisiko. Tetapi kami diberi tahu bahwa kami bisa datang, jadi kami datang dan sangat senang melakukannya,” ujar Dorothy Lawson, seorang wisatawan asal California.
Namun, bagi bisnis yang sangat bergantung pada jumlah pengunjung yang besar, bertahan hidup menjadi semakin sulit.
“Dulu kami menerima sekitar 4.000 pengunjung setiap hari, sekarang hanya sekitar 300 hingga 400. Tidak seperti sebelumnya,” kata Marcus Massoud, seorang penjual souvenir di Petra.
Pemerintah Yordania, melalui Menteri Pariwisata Lina Annab, menyatakan bahwa sektor pariwisata negara ini harus lebih fokus pada pasar-pasar yang lebih tangguh dan tidak terlalu terpengaruh oleh situasi di wilayah Timur Tengah.
Meski demikian, tantangan besar tetap menghadang, dan pemulihan industri pariwisata Yordania tampaknya akan memerlukan waktu yang cukup lama.