Krjogja.com Jakarta Dalam tahapan transformasi struktural suatu bangsa menuju negara maju, diperlukan 3 tahapan yang perlu diperkuat oleh suatu negara yakni: 1) Sektor pangan; 2) Industrialisasi; 3) Sektor Jasa. Ketiga tahapan ini menjadi key value suatu bangsa melakukan lompatan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Kadin menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo menjadi program strategis, taktis, dan transformatif bagi Indonesia menuju Megatrend Dunia tahun 2045. Tahun 2025 menjadi tahun pertama Program MBG berjalan, maka dari itu dalam acara Kadin: Global and Domestic Economics Outlook 2025 program ini menjadi salah satu pembahasan yang tidak tertinggalkan. Dalam keynote speech WKU Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi, Aviliani menilai bahwa Program MBG merupakan program penguatan human capital yang akan menjadi akselerator dalam Strategi Transformasi Bangsa yang digagas Presiden Prabowo. Namun, dalam pelaksanaannya diminta adanya transparansi, governance yang baik, dan pelibatan unsur lokal. Baca Juga: Lima Jurus BNI Hadapi Tantangan 2025
“Baiknya, program ini dilakukan dengan governansi yang baik dan juga transparan sehingga tidak ada celah peluang terjadinya korupsi. Pelibatan unsur lokal juga menjadi penting dalam program ini, serta perhatian kepada hulu juga menjadi penting apakah produksi pangan sudah berimbang dengan peningkatan permintaan akibat program ini, kita harus cermat.” ungkap Aviliani (WKU Analisis Kebijakan Makro Mikro Ekonomi) dalam forum “Kadin: Global & Domestic Economic Outlook 2025” yang dibuka oleh Anindya N. Bakrie (Ketua Umum KADIN Indonesia) di Jakarta (Senin, 30/12/24). Berdasarkan perhitungan Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Kadin Indonesia, program MBG yang dianggarkan sebesar Rp71triliun pada tahun 2025 dinilai akan berkontribusi terhadap PDB sebesar 0,3-0,5% terhadap PDB dan mendorong perputaran uang di desa sebesar Rp6-8 miliar setiap tahunnya dan ini melebihi dana desa yang telah dikucurkan Pemerintah. Maka dari itu, Kadin mendorong implementasi program MBG ini agar terwujud sumber daya manusia Indonesia yang unggul, berdaya saing, dan produktif.
Lesson Learned MBG di Brazil & Jepang Kadin menilai dalam mendukung Program MBG maka penyaluran pendanaan dapat dilakukan melalui koperasi dan Pemerintah dapat membentuk central purchasing yang terintegrasi dengan storage di kawasan pertanian agar hasil panen petani dapat langsung terserap dan menghilangkan potensi terjadinya food loss akibat kurang memadahinya infrastruktur storage di petani lokal. Baca Juga: Kemendiktisaintek Dorong Pendidikan Tinggi Sebagai Penggerak Pembangunan Ekonomi Nasional Program MBG ini dapat mereplikasi Brasil dalam penerapannya dimana 30% dari penyediaan program makan gratis ini dikucurkan untuk membeli petani lokal, bahkan Pemerintah Brazil melibatkan UMKM, komunitas sosial seperti gereja, dan Wanita untuk dapat berpartisipasi menyukseskan program ini. Negeri Sakura sendiri juga telah menerapkan program ini yang diberi nama “Shokuiku” dimana program ini memberikan edukasi kepada siswa sekolah untuk dapat mengetahui komposisi makanan bergizi yang merupakan bentuk behavioural change technique melalui health believe model dimana akan menciptakan SDM masa depan yang sehat dan berkualitas. Penyediaan stok pangan melalui Lab Grown Food
Dalam sesi pemaparan Kakomtap Kajian Kebijakan Publik KADIN Indonesias, Prof. Hermanto Siregar memaparkan bahwa diperlukan upaya transformatif untuk mendorong food technology di Indonesia. Program MBG dinilai menjadi awal yang baik untuk memunculkan ide RnD baru mengenai penerapan strategi food technology untuk menjadikan produkti pertanian, peternakan, dan perikanan yang konvensional menjadi pabrikan. Baca Juga: Peringkat New Horizons Agoda, Padang Jadi Destinasi Wisata Baru Teratas di Indonesia “Program MBG bisa dijadikan momentum transformasi bangsa dengan memasukkan instrument food technology dalam penyediaan ekosistem pangan yang ada bahkan dapat mewujudkan strategi ketahanan pangan yang digagas Presiden Prabowo. Kita perlu cermat mengenai penyediaan stok pangan akibat program MBG, terutama tentang inflasi di daerah ya, maka lab grown food dapat menjadi awal yang baik apabila kita dapat mendorong itu.” ungkap Hermanto yang juga Guru Besar IPB University. (*)