Jakarta, Gatra.com – Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Edwin Partogi, mengatakan bahwa kemungkinan korban luka tragedi Kanjuruhan berjumlah lebih banyak dari data yang ada. Hal ini didasarkan pada temuan LPSK mengenai penanganan korban luka yang dilakukan.
“Kami mendapatkan informasi dari berbagai pihak. Keterangan yang kami dapatkan, ternyata tidak semua korban luka itu ke rumah sakit. Artinya, data korban luka ini mungkin kalau seluruh korban, melebihi angka yang tercatat di rumah sakit,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar LPSK secara daring, Kamis (13/10).
Baca Juga: Terkait Tragedi Kanjuruhan, LPSK Terima 20 Permohonan Perlindungan Saksi
Ia juga menerangkan bahwa ada korban yang memilih pulang dari rumah sakit. Menurutnya, ketika malam persitiwa atau dini hari, beberapa korban yang sudah di rumah sakit jatuh iba atau kasihan melihat banyaknya korban masuk yang terus berdatangan. Ini membuat mereka lebih memilih pulang atau dirawat di rumah untuk memberi kesempatan kepada korban lainnya yang menurut mereka lebih lamah kondisinya.
Namun, Edwin juga mengatakan bahwa setelah mereka pulang, sakit seperti mata merah dan iritasi kulit yang dialami sempat kambuh. Ia menjabarkan bahwa banyak korban luka yang mengalamai pendarahan atau mata memerah, serta iritasi di muka dan dada.
“Tidak mengetahui apa yang menyebabkan mata merah dan iritasi, meskipun memang termasuk dampak gas air mata. Tapi perlu pendalaman dari gas air mata itu, termasuk kandungan dalam beberapa gas air mata yang disebut kadaluarsa,” ucapnya.
Baca Juga: PSSI Klaim Temukan Botol Miras di Stadion Kanjuruhan, Ternyata Obat Sapi
Edwin juga menjelaskan bahwa LPSK sempat menjenguk salah seorang korban yang meninggal saat dirawat di rumah sakit, H. Hasil temuan LPSK menyebutkan bahwa H merupakan satu-satunya korban meninggal saat penanganan di rumah sakit. Saat ditemui, kondisi H pun digambarkan cukup berat dan dirawat di ICU.
Saat ini, total 131 orang meninggal akibat tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10). 39 diantaranya merupakan korban meninggal usia anak, dan 82 diantaranya merupakan korban usia dewasa. Sementara, 10 korban lain masih belum bisa diidentifikasinya usianya.i