Suara.com – Donald Trump bersiap untuk kembali ke Gedung Putih pada Januari mendatang setelah memenangkan Pilpres 2024. Dengan elektoral yang cukup, Trump kembali membuat sejarah, tetapi sejumlah proses formal masih harus dilalui sebelum ia secara resmi memegang tampuk kekuasaan lagi.
Meskipun Trump telah mengamankan cukup suara Electoral College, penghitungan akhir masih berlangsung di beberapa negara bagian seperti Alaska, Arizona, dan Nevada. Trump juga tampaknya akan memenangkan suara populer untuk pertama kalinya, sebuah pencapaian yang belum diraih partai Republik sejak George W. Bush pada 2004. Kemenangan suara populer ini menjadi simbol kuat bagi kubu Trump, yang melihatnya sebagai mandat rakyat.
Donald Trump dan Kamala Harris (instagram)Langkah selanjutnya bagi Trump adalah menyusun tim kabinet dan memilih figur-figur utama untuk mendampinginya dalam menjalankan tugas kenegaraan. Nama-nama besar seperti Robert F. Kennedy dan Elon Musk telah muncul sebagai kandidat potensial dalam pemerintahan baru ini.
Elon Musk bahkan disebut-sebut telah menginvestasikan sekitar $119 juta untuk mendukung kampanye Trump di tujuh negara bagian kunci. Keduanya dianggap memiliki pengaruh yang bisa memperkuat kebijakan Trump dalam ekonomi dan inovasi teknologi di periode keduanya nanti.
Baca Juga: Trump Kembali ke Gedung Putih di Tengah Berbagai Kasus Hukum yang Menjeratnya, Apa Saja?
Menjabat kembali sebagai presiden tidak membebaskan Trump dari persoalan hukum yang membayangi. Pada 26 November mendatang, ia dijadwalkan menghadapi sidang putusan dalam kasus “hush money” di New York.
Trump dinyatakan bersalah atas pemalsuan dokumen untuk menyembunyikan pembayaran kepada seorang aktris film dewasa demi menjaga reputasinya sebelum Pemilu 2016. Hukuman yang dijatuhkan nanti bisa menjadi faktor penting dalam perjalanan Trump sebagai presiden yang tengah menjalani hukuman.
Pada 17 Desember, anggota Electoral College akan bertemu di masing-masing negara bagian untuk memberikan suara resmi yang menentukan Trump sebagai presiden dan JD Vance sebagai wakil presiden. Suara elektoral ini bersifat simbolis namun krusial, memastikan bahwa keputusan rakyat benar-benar diimplementasikan oleh perwakilan elektoral setiap negara bagian.
Suara elektoral harus diterima oleh presiden Senat, yang saat ini dijabat oleh Kamala Harris, dan Arsiparis Amerika Serikat pada tanggal 25 Desember. Batas waktu ini berfungsi sebagai prosedur formal agar semua suara dapat dihitung dengan cermat sebelum diresmikan.
Beberapa hari memasuki tahun baru, Kongres akan mengadakan sidang pertamanya, di mana anggota DPR dan Senat berkumpul untuk memilih ketua baru. Sesi Kongres ini penting karena mempersiapkan legislator untuk bekerja sama dengan pemerintahan Trump, membentuk kebijakan yang selaras dengan visi presiden terpilih.
Baca Juga: Donald Trump Menang Pemilu Amerika 2024, Netizen AS Unggah “Peringatan Darurat” ala Indonesia
Pada 6 Januari, Kongres akan mengadakan sidang gabungan untuk menghitung suara elektoral dan mengumumkan presiden terpilih. Wapres Kamala Harris akan memimpin proses ini. Prosedur ini mengingatkan publik pada peristiwa pada 2021 ketika gedung Capitol sempat diguncang oleh kerusuhan untuk menghalangi pengesahan kemenangan Joe Biden.
Pada 20 Januari, Trump dan JD Vance akan dilantik secara resmi di hadapan rakyat Amerika. Dengan mengambil sumpah jabatan, Trump secara sah memulai masa jabatannya yang kedua. Momentum ini akan menjadi simbol perubahan yang kontroversial, membawa era baru yang penuh dengan tantangan hukum dan politik bagi Amerika Serikat.
Trump, yang kini kembali ke Gedung Putih, membawa visi baru dan berbagai rencana besar untuk empat tahun mendatang. Meskipun diliputi berbagai kontroversi, Trump tetap menjadi tokoh sentral yang mampu menarik perhatian dunia dan menorehkan babak baru dalam sejarah perpolitikan Amerika.