AKURAT.CO Ketika para wanita membakar jilbab dan memotong rambut mereka dalam protes nasional, seorang pejabat Iran menyampaikan pengakuan mengejutkan.
Pejabat itu membeberkan bahwa para mahasiswa yang berpartisipasi dalam protes jalanan tidak hanya ditahan tetapi juga dibawa ke lembaga psikiatri atau institusi kesehatan mental.
Pernyataan itu diungkap dalam sebuah wawancara pada Selasa (11/10), dengan surat kabar reformis independen Iran. Dalam pembicaraan itu, Menteri Pendidikan Iran Yousef Nouri mengamini bahwa beberapa siswa sekolah memang telah ditahan dan dirujuk ke apa yang disebutnya sebagai ‘lembaga psikologis’.
baca juga:
Instansi yang menampung para siswa itu, kata Nouri, dimaksudkan untuk mereformasi dan mendidik kembali pelajar untuk mencegah mereka melakukan perilaku ‘anti-sosial’.
“Ada kemungkinan para siswa ini telah menjadi karakter anti-sosial dan kami ingin mereformasi mereka,” katanya kepada surat kabar Shargh, menambahkan bahwa para siswa itu dapat kembali ke kelas setelah mereka ‘direformasi’.
Hampir sebulan yang lalu, Mahsa Amini yang berusia 22 tahun meninggal setelah dibawa ke ‘pusat pendidikan ulang’ oleh polisi moral Iran. Amini ditangkap dengan dugaan tidak mematuhi aturan berpakaian konservatif yang diterapkan negara itu. Kematiannya kemudian memicu protes anti-pemerintah selama berminggu-minggu yang telah menyebar ke seluruh negeri.
Menteri pendidikan negara itu tidak dapat memberikan angka pasti tentang jumlah siswa yang ditahan. Namun, ia mengakui jumlahnya ‘tidak banyak’.
Wanita dan anak perempuan di seluruh Iran pun telah memainkan peran penting dalam demonstrasi tersebut. Dalam beberapa pekan terakhir, mereka dengan berani menggelar protes-protes di sekolah, kampus universitas, hingga jalanan.
Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan para wanita dan gadis Iran meneriakkan ‘matilah diktator’ sambil melepas jilbab mereka. Pada satu kesempatan, CNN menyaksikan gadis-gadis dari sekolah menengah kejuruan di Teheran memprotes di jalan dekat sekolah mereka. Mereka pun meneriakkan slogan yang kini juga diserukan di negara-negara lain, yakni ‘Wanita, Kehidupan, Kebebasan’.