KRjogja.com – ARTIKEL ini hendak mengaitkan ketiga isu yakni, mental health, generasi Z dan entrepreneurship. Dalam konteks Digital Society 5.0 (DS 5.0), hubungan antara Generasi Z, entrepreneurship, dan mental health (kesehatan mental) semakin penting. DS 5.0 adalah suatu konsep masyarakat modern yang mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan sehari-hari manusia dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup melalui inovasi yang berfokus pada manusia. Generasi Z, yang tumbuh di era digital, memiliki karakteristik yang sejalan dengan visi ini. Namun demikian, permasalahan urgen yang paling sering dikaitkan dengan generasi Z adalah gangguan kesehatan mental yang meningkat lebih dari 200% di tahun 2024 (detik.com/edu, 2023). Data yang dikutip oleh Nandi (2024) menunjukkan bahwa jumlah orang di Indonesia yang menderita gangguan kesehatan mental mencapai 3,24 juta orang pada tahun 2024, termasuk generasi Z (https://www.umm.ac.id/id). Nandy Agustin (https://www.umm.ac.id/) mengatakan, “Perubahan gaya hidup, materialisme, dan industrialisasi yang terkait dengan teknologi terkadang menyebabkan tekanan sosial dan isolasi sosial, yang menyebabkan stress, depresi, dan bunuh diri.” Beberapa masalah yang menyebabkan peningkatan gangguan kesehatan mental adalah konflik antar negara, berbagai bencana alam, dan penurunan ekonomi akibat deflasi. Baca Juga: Diduga Melakukan Penculikan Anak, Ternyata ODGJ Gangguan Mental Health dan Generasi Z
Mental health adalah adalah ketika seseorang dapat mengatasi tekanan hidup mereka secara normal, bekerja dengan produktif, dan berkontribusi pada komunitasnya. Generasi Z berasal dari pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, dan sejak tahun 2020 hingga sekarang, sebagian besar dari mereka telah menjalani berbagai jenis pekerjaan dan profesi. Generasi Z dapat mengalami masalah mental yang sama seperti generasi X dan Y. Menurut penelitian Nugraha Rifky (Kompasiana, 2024), beberapa faktor yang berkontribusi pada peningkatan kasus gangguan mental di Indonesia termasuk stres, trauma, stigma sosial, dan kurangnya akses ke kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental pada generasi Z dapat mengganggu inovasi, kreatifitas, dan produktivitas jika tidak dikelola dengan baik. Baca Juga: Pilkada 2024, Harda-Danang Diharapkan Bisa Menjaga Keberlangsungan Kedai Kopi di Sleman
Relasi ketiga faktor: Mental health, Generasi Z dan Entrepreneurship Generasi Z adalah kelompok orang yang kreatif dan inovatif. Salah satu cara bagi mereka untuk mengekspresikan diri dan menemukan makna dalam pekerjaan mereka adalah entrepreneurship; ini memberi mereka kebebasan untuk membuat sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka, yang dapat membantu meningkatkan kesehatan mental. Ketiga faktor tersebut terkait satu sama lain, dan hubungannya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kesehatan mental sebagai fondasi. Kesehatan mental yang baik dapat membantu Generasi Z meningkatkan kepercayaan diri dan ketahanan, yang secara signifikan membantu mereka menghadapi risiko dalam lingkungan bisnis atau pekerjaan. 2) Entrepreneneurship sebagai terapi: Generasi Z melihat memulai bisnis sebagai cara untuk menemukan tujuan dan mengatasi stres. 3) Membangun jejaring sosial. Kegiatan entrepreneurship dapat memberi Generasi Z kesempatan untuk membangun jejaring untuk mendapatkan dukungan sosial dan emosional yang signifikan. Baca Juga: Cegah dan Lawan Diabetes, Sinergi Sehat Tropicana Slim Bersama Lebih dari 40.000 Peserta di 41 Kota Akhir kata, mengatasi masalah kesehatan mental Generasi Z sangat penting untuk mendukung potensi entrepreneurship mereka. Program yang menggabungkan pelatihan entrepreneurship dan dukungan kesehatan mental, misalnya kegiatan “mindful entrepreneur”. Ini adalah program yang dirancang untuk mendukung Generasi Z dalam mengembangkan keterampilan entrepreneurship sambil menjaga kesehatan mental mereka. Program ini akan mengintegrasikan workshop, mentoring, dan aktivitas mindfulness sehingga dapat membantu generasi ini menuju Indonesia emas 2045. (Rustiana, SE., M.Si., Ph.D, Dosen pengajar entrepreneurship dan behavioral accounting International Class Coordinator, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)