RADARBANGSA.COM – Pembina DPP Perempuan Bangsa Nihayatul Wafiroh mengajak perempuan untuk tak khawatir berkiprah dalam dunia politik. Dia menuturkan hal itu perlu untuk mengupayakan hak-hak perempuan.
Hal itu ia ungkap saat menghadiri Empowerment Talk bertajuk Perempuan Berdaya, Bangsa Berjaya: Menuju Indonesia Emas 2045 yang digelar DPP Perempuan Bangsa dalam rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) ke-V di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (30/11/2024).
“Sebenarnya terkadang urusan politik ini sebagai banyak orang mengatakan bahwa jangan di politik, politik itu adalah daerah yang kotor sehingga perempuan tidak bisa di situ,” ucap Ninik.
“Padahal, kalau di politik, kalau saya ingin mengkaitkan dengan agama, sekali kita melakukan hal baik di politik itu jangka panjang yang akan kita lakukan. Jadi sebetulnya politik ini baik dan sesuai ajaran agama,” sambungnya.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI itu mengakui jika budaya patriarki turut memperburuk posisi perempuan di sejumlah lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibatnya kesetaraan pun sulit dicapai.
“Muaranya adalah cara kita menafsirkan agama terkait bagaimana posisi perempuan. Lalu soal budaya yang di mana-mana selalu bapak duluan, kaum ibu belakangan. Ini harus diseimbangkan, bahwa hakikatnya baik laki-laki dan perempuan itu punya kedudukan yang sama,” tegasnya.
“Kalau di kampung yang ngomong camat atau kades kadang nggak didengar, tapi kalau pemuka agama biasanya lebih didengar. Nah, jadi kita tidak bisa jalan sendiri, kita perlu menggandeng pemuka agama agar menyuarakan kesetaraan bisa lebih maksimal,” pungkasnya.
Di lokasi yang sama, aktivis peremphan Chiki Fauwzi menyerukan seluruh perempuan Indonesia untuk menyuarakan setiap persoalan yang dialami dibarengi dengan aksi nyata.
“Dengan kita menyuarakan sesuatu dan breakdown pada reel action itu bisa lebih memberi dampak (yang lebih luas). Aku sebagai bagian dari anak muda ya, kalau kita melihat keresahan harus bisa menyuarakannya dan dibarengi reel action,” ungkapnya.
Chiki juga mendorong pemberdayaan perempuan mutlak dilakukan di semua lini kehidupan. Menurutnya perempuan yang berdaya adalah tujuan utama, tetapi skill juga harus diperkuat. “Kita (perempuan harus) berdaya dulu, perempuan harus punya skill,” ujarnya.