Jokowi diisukan untuk menjadi Ketua Golkar. Apakah boleh?
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]olemik soal penggantian Ketua Umum Partai Beringin masih belum ada kejelasan. Kini giliran Joko Widodo yang diisukan sebagai suksesor Senov. Beliau dinilai bisa meredam faksi di dalam tubuh Partai Beringin. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman.
“Jika Golkar menjatuhkan pilihan kepada Jokowi, itu adalah langkah yang tepat. Saat ini Golkar memerlukan figur yang mampu diterima seluruh kader sehingga dapat menghindari perpecahan. Hal itu ada pada diri Jokowi yang sudah mempunyai hubungan emosional cukup kuat dengan dua tokoh Golkar, yaitu Jusuf Kalla dan Luhut Binsar Panjaitan, di dalam pemerintahan,” kata Jajat.
Jokowi Jadi Ketum Golkar, Dua Pihak Sama-sama Untung #golkar https://t.co/dEaURmF7zc
— RMOL.CO (@rmolco) November 27, 2017
Hal tersebut nampaknya ditanggapi positif oleh para petinggi Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Jawa Barat. SOKSI merupakan salah satu induk pendiri Partai Beringin.
Ketua SOKSI Jabar, Yod Mintaraga, mengatakan bahwa siapa saja bisa menjadi Ketua Umum Partai Beringin, asalkan harus melalui Munaslub. Selain itu, harus bisa diterima oleh semua pihak dan punya kemampuan untuk memimpin Partai Beringin.
Jokowi Ketum Golkar, SOKSI Jabar Tidak Keberatan #jokowi https://t.co/licCrsEwUV
— RMOL.CO (@rmolco) November 27, 2017
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin meragukan wacana tersebut. Ia percaya Pakde Joko nggak bakalan mau gantiin posisi Papa.
Ada dua alasan yang menguatkan keyakinannya itu. Yang pertama, karena Pakde Joko bukan kader Beringin, melainkan kader Banteng.
Yang kedua, ini akan mengingkari ucapannya sendiri. Konon katanya, Pakde Joko pernah mengeluarkan sunnah soal jabatan Ketua Umum Partai. Katanya, haram bagi Ketum merangkap jabatan sebagai Menteri, apalagi presiden.
Jokowi Menjilat Ludah Sendiri Bila Jadi Ketum Golkar #golkar https://t.co/XIzfGmkD0a
— RMOL.CO (@rmolco) November 28, 2017
Kalau begitu, kemungkinan Pakde menjadi pengganti Papa sangatlah kecil. Nggak mungkin Pakde ngejilat ludah sendiri kan? Bisa jadi ini hanya sekedar gimmick atau double speak. Di satu sisi, bisa menjadi momen cuci dosa dalam tubuh Partai Beringin. Tapi, di sisi lain malah bakal jadi jebakan untuk Pakde Joko. Ia bakal dinilai plin plan dalam berkata maupun bertindak. Maka sebaiknya Pakde fokus dengan tugas negara aja deh, atau gimana? (K-32)