Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan Rusia terus terdesak di Ukraina. Memasuki bulan ke-8 perang, tentara Presiden Vladimir Putin terus kehilangan ‘pegangan’ dan mengalami kemunduran signifikan.
Bahkan, banyak dari pasukannya sudah tidak yakin bisa menang dalam perang ini. Hal itu tecermin dari kondisi tentara Rusia yang dilaporkan mengundurkan diri secara massal.
Gubernur Oblast Luhansk, Serhiy Haidai, mengatakan banyak tentara Moskow yang bertempur di Ukraina menulis surat pengunduran diri dan mengakhiri kontrak mereka sebelum waktunya.
–
–
Fenomena ini terjadi saat perang yang diluncurkan Presiden Vladimir Putin melawan Ukraina pada 24 Februari memasuki bulan ke-8.
“Setengah dari 200 personel militer yang bertugas di Brigade Operasi Khusus Pengawal ke-3 telah mengajukan surat pengunduran diri atau memutuskan kontrak sebelum waktunya setelah mengambil bagian dalam perang melawan Ukraina,” tulis Haidai melalui saluran Telegramnya, dikutip dari Newsweek, Sabtu (15/10/2022).
Namun, Haidai mencatat bahwa tentara pemula atau yang baru-baru ini terjun karena wajib militer sebagai bagian dari dekrit mobilisasi Putin, siap untuk berperang di Ukraina.
“Sekitar lima ratus prajurit yang dimobilisasi dari Brigade Senapan Motor Terpisah ke-205 dari Angkatan Darat Gabungan ke-49 pergi ke zona pertempuran untuk mengisi kembali kerugian musuh (Rusia) di wilayah yang diduduki sementara (Ukraina),” tulisnya.
Haidai mengatakan rekrutan yang baru dimobilisasi mengenakan helm gaya Soviet dan dipersenjatai dengan senapan AK-12, yang dia jelaskan secara historis memiliki banyak masalah.
Adapun, ini bukan pertama kalinya tentara Rusia menolak perang Putin di Ukraina.
Komando Operasi Ukraina Selatan melaporkan dalam sebuah unggahan Facebook pada September lalu bahwa tentara dengan Resimen ke-127 dari Korps Angkatan Darat 1 melakukan kerusuhan dan menolak untuk berpartisipasi lebih lanjut dalam perang.
Menurut komando, tentara kekurangan dukungan, sementara personel di posisi maju tidak memiliki pasokan vital seperti air. Akibatnya para prajurit dikeluarkan dari unit mereka sebagai hukuman.
Pada Juli, Andrei Rinchino, kepala hukum Yayasan Free Buryatia, mengatakan kepada media independen Rusia MediaZona bahwa 17 tentara Rusia ditahan di wilayah Luhansk timur Ukraina karena menolak untuk berperang.
Beberapa juga dilaporkan diancam akan dikerahkan ke “skuadron penyerang tempur” karena meminta untuk kembali ke rumah. Skuadron seperti itu biasanya dibuat untuk memimpin serangan dan diperkirakan akan menanggung banyak korban dalam operasi.
Seorang tentara Rusia juga dihukum karena menolak berperang di Ukraina pada Juli, menurut catatan pengadilan. Ilya Kononov, seorang prajurit kontrak dari kota Pskov di Rusia barat, didakwa meninggalkan unit secara tidak sah setelah ia meninggalkan unit militernya tanpa izin selama lebih dari 10 hari.
Prajurit kontrak itu kemudian dijatuhi hukuman pada 21 Juli untuk pembatasan dinas militer selama satu tahun dan mendapatkan pengurangan 10% tunjangan dari negara.
[-]
–
Pasukan Putin Kian Terjepit di Ukraina, Saatnya Rusia Mundur?
(luc/luc)