Terkini – Salah seorang dari 17 tersangka kasus uang palsu UIN Alauddin Makassar mengungkapkan bahwa dalam satu jam mereka bisa mencetak sebanyak ratusan juta rupiah uang palsu.
Hal itu diungkapkan salah seorang dari para tersangka kasus uang palsu UIN Alauddin Makassar tersebut saat diwawancara stasiun televisi tvOne.
Baca juga: Gabung Sindikat Uang Palsu UIN, Tersangka Dijanjikan Andi Ibrahim Rumah dan TanahDalam tayangan video wawancara itu, tampak tersangka awalnya mengungkapkan 16 proses tahapan pembuatan uang palsu itu, mulai dari pencetakan UV, tali benang, hingga magnet yang terdapat di uang kertas palsu pecahan Rp100 ribu tersebut.
“Pertama pencetakan UV, tali air sama benangnya. Sudah cetak UV lalu kita cetak mangnetiknya agar lolos dari mesin penghitung,” kata tersangka, dikutip Terkini dari tayangan wawancara tvOne, Rabu, 1 Januari 2025.
Ia pun mengaku, tahap pertama pembuatan uang palsu alias Upal tersebut dimulai dengan mencetak sebanyak satu rim kertas yang bernilai Rp100 juta.
Baca juga: Uang Palsu UINAM Diproduksi di Toilet Perpustakaan, Dua Hari Cetak 50 Triliun”Tahap pertama kita cetak sedikit dulu karena itu butuh proses. Satu hari kita lakukan tahap pertama, (cetak) sekitar satu rim (1.000 lembar kertas). Sekitar 100 juta kalau satu rim,” ungkapnya.
Tersangka juga membenarkan bahwa proses pembuatan upal tersebut dilakukan di dalam ruang perpustakaan UIN Alauddin Makassar, tepatnya di dalam sebuah toilet yang sudah disekat-sekat.
“Iya di dalam ruang perpustakaan (kampus UIN Alauddin Makassar) lantai bawah, di dalam kamar mandi disekat,” bebernya.
Baca juga: Ferdy Sambo Bantah Kenal Annar Sampetoding, Tersangka Uang Palsu UINKemudian, tersangka juga mengungkapkan jam operasi mereka saat membuat upal itu, yakni pada jam 11 siang hingga pukul 5 sore di saat suasana kampus sedang ramai.
“Terkadang pagi jam 11 sampai jam 5 sore. Menjelang akhir-akhir ini biasa lembur sampai pagi, seminggu terakhir ini,” tuturnya.
Menurut tersangka, meskipun mereka membuat upal tersebut di jam ramai kampus, namun tak ada seorang pun yang mencurigai aktivitas mereka lantaran sebelumnya orang-orang mengetahui bahwa mereka sedang mencetak brosur.
“Nggak ada yang curiga karena pernah kita cetak brosur kampus, jadi saat cetak brosur kita sengaja buka pintu supaya karyawan lihat kita lagi cetak brosur,” ujar tersangka.
Lebih lanjut, tersangka juga mengungkapkan bahwa ia dan rekan-rekannya bisa mencetak uang palsu di perpustakaan UIN Alauddin Makassar itu sebanyak Rp200 juta hanya dalam waktu satu jam dengan memakai alat khusus yang didatangkan dari Cina.
“Paling satu jam saja (cetak 200 juta),” ujarnya.