Terkini – Gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang mulai berlaku pada Ahad, 19 Januari 2025, membawa harapan baru bagi kawasan Timur Tengah yang dilanda konflik panjang.
Namun, di balik kesepakatan bersejarah ini, muncul persaingan sengit antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Donald Trump, yang saling mengklaim berjasa atas tercapainya perjanjian tersebut.
Baca juga: Amerika Tekan Israel Batalkan Rencana Serangan Darat di Rafah, GazaDilansir dari Reuters, Presiden Biden menegaskan bahwa kerangka kesepakatan gencatan senjata sebagian besar didasarkan pada proposal yang diajukannya pada Mei 2024.
Dalam pidato perpisahan dari Ruang Oval Gedung Putih, Biden menyatakan bahwa timnya telah mengembangkan dan merancang rencana tersebut.
“Rencana ini dikembangkan dan dinegosiasikan oleh tim saya. Sebagian besar akan dilaksanakan oleh pemerintahan yang akan datang,” ujar Biden.
Baca juga: Tuduh Penyebab Covid 19, Donald Trump: Cina Harus Bayar Ganti Rugi kepada AmerikaNamun, ketika ditanya siapa yang akan dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesepakatan itu, Biden hanya tersenyum dan berkomentar, “Apakah itu lelucon?”
Trump dan Klaim “Kemenangan Bersejarah”
Sementara itu, Donald Trump yang akan dilantik kembali sebagai Presiden pada Senin mendatang, tidak mau kalah.
Melalui media sosial, Trump menyebut bahwa kesepakatan ini hanya mungkin terjadi berkat hasil pemilu November lalu yang mengantarkannya kembali ke Gedung Putih.
Baca juga: Telah Banyak Memakan Korban Jiwa, Palestina dan Israel Akan Gencatan Senjata Mulai Hari Jumat!“Perjanjian gencatan senjata EPIC ini hanya dapat terjadi sebagai hasil dari Kemenangan Bersejarah kita di bulan November. Kesepakatan ini menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintahan saya akan mengupayakan perdamaian dan melindungi kepentingan sekutu Amerika,” tulis Trump.
Trump diketahui mengutus Steve Witkoff, utusannya untuk Timur Tengah, untuk terlibat langsung dalam negosiasi di Doha. Witkoff berada di lokasi selama 96 jam terakhir pembicaraan dan bekerja sama dengan utusan Biden, Brett McGurk, yang telah berada di Doha sejak awal Januari.