Liputan6.com, Jakarta – Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun ini telah menambah 24 stasiun pasang surut (pasut) untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami di Tanah Air.
Dengan demikian, BIG kini memiliki total 290 stasiun pasang surut air laut atau tide gauge yang tersebar berbagai pulau di Indonesia.
Kepala BIG, Muh Aris Marfai, mengatakan penambahan stasiun pasut ini dalam upaya memperkuat mitigasi peringatan dini tsunami di Indonesia.
“Pasut fungsi utamanya untuk referensi ketika pemetaan juga untuk Tsunami Early Warning System serta banjir rob. Sekarang kami punya 290 pasut, terpasang di setiap pelabuhan,” kata Kepala BIG, Muh Aris Marfai, disela workshop internasional di Bogor, Senin (2/12/2024).
Meskipun sistem alat ini sama dengan yang digunakan di sejumlah negara lain, namun stasiun pasang surut yang dimiliki BIG lebih unggul. Selain jauh lebih cepat mengirim data hingga per lima detik, juga dapat beroperasi selama tujuh hari non stop secara real time.
“Ketika terjadi gempa di laut dan ada potensi tsunami, alat ini bisa mendeteksi dengan cepat dan mengirim data per 5 detik. Data ini nantinya langsung terkoneksi ke BMKG,” terangnya.
Plt Direktur Sistem Referensi Geospasial, Bayu Triyogo Widyantoro mengatakan, Indonesia membutuhkan lebih banyak stasiun pasang surut untuk memperkuat jaringan sistem peringatan dini tsunami.
Sebab, letak geografis Indonesia berada di titik pertemuan dari tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Kondisi ini membuat wilayah Indonesia rawan gempa bumi, yang memicu tsunami.
“Selama ini alat pasut yang dipasang jaraknya berjauhan, karena berdiri di atas platform pelabuhan milik Kemenhub, Pelindo, dan TNI Angkatan Laut,” kata dia.