FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Presiden Prabowo Subianto diklaim membawa ‘oleh-oleh’ komitmen investasi Rp294 triliun. Apa itu komitmen investasi? Apa bedanya dengan nota kesepahaman atau (MoU).
Komitmen investasi itu mencuat setelah lawatan Prabowo di sejumlah negara. Prabowo mengunjungi China, AS, dan Peru untuk KTT APEC, dan Brasil KTT G20, kemudian ke Inggris sebagai bentuk diplomasi ekonomi.
Pakar Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar Sutardjo Tui menjelaskan, komitmen investasi sebenarnya hanya janji. Bukan hal yang pasti terealisasi.
“Jadi hanya janji. Bahwa akan melakukan investasi sekian,” kata Sutardjo kepada fajar.co.id melalui WhatsApp, Senin (25/11/2024).
Untuk membuatnya terealisasi, Sutardjo menyebut mesti ada hal yang menjadi turunannya. Misalnya investasinya dalam hal apa.
“Komitmen itu mesti ada turunannya. Bagaimana komitmen itu menjadi riil. Misalnya apa yang mau dibangun, apa yang mau ditingkatkan. Berapa investasi yang mau dibawa,” jelasnya.
Pada dasarnya, komitmen investasi ini menurut Sutardjo mirip MoU. Bagian dari kesepahaman antara dua pihak.
“Mirip dengan MoU. MoU saja. Cuma dia istilah komitmen. Kan banyak istilahnya itu,” terangnya.
Padahal menurut Sutardjo, yang dibutuhkan adalah realisasi. Bukan hana komitmen.
“Yang sebenarnya kita tunggu. Adalah rillnya. Misalnya langsung dengan Kementerian Perikanan, pertanian. Kalau hanya presiden dengan presiden, belum tentu jadi,” pungkasnya.
Ia mengungkapkan, Indonesia sudah punya pengalaman dalam hal sama. Saat Ibu Kota Nusantara (IKN) ingin dibangun, ada sejumlah pihak yang berkomitmen. Namun tidak sampai pada realisasi.
“Sama dengan IKN, itu kan begitu. Hanya komitmen,” tandasnya.
(Arya/Fajar)
