Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman mencatat produksi buah salak selama 2024 mencapai sekitar 30.000 ton. Angka tersebut diproduksi dari 2.100 hektare.Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan DP3 Sleman, Imawan mengatakan sentra buah salak ada di Tempel dan Pakem. Saat ini, total luas lahan perkebunan salak mencapai 2.100 hektare (ha). Ada penyusutan 150 ha apabila melihat angka luas lahan lima tahun lalu.
Penyusutan tersebut, kata Imawan disebabkan oleh alih fungsi lahan. Alif fungsi ini didorong oleh produksi salak yang menyusut.“Dulu di Margorejo dan Mororejo kan jadi salah satu sentra salak. Tapi produksi di sana tidak bisa maksimal, sehingga petani mengganti dengan tanaman lain,” kata Imawan, Rabu (1/1/2025).BACA JUGA: Kaliurang Diserbu Wisatawan di Tahun Baru, Antrean MengularImawan menambahkan perluasan lahan untuk menambah produksi salah tidak bisa lagi dilakukan akibat keterbatasan lahan.Guna mencegah alih fungsi lahan, dia mengaku beberapa perkebunan salak berada di Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang dilindungi menggunakan Peraturan Daerah (Perda).Penyusutan lahan akibat alih fungsi yang Imawan katakana berada di pekarangan warga yang tidak masuk LP2B. “Kalau untuk Pasar dari salak ini ke Jakarta, Surabaya, Bali. Mayoritas masuk ke Jakarta,” katanya.Total ada tujuh varietas salak di Bumi Sembada. Tiga di antaranya merupakan varietas unggulan seperti Pondoh, Madu Probo, dan Gading. Sebenarnya, ada juga varietas Pondoh Madu, namun varietas ini sulit dikenali apabila membandingkan dengan Pondoh biasa. Sebab itu, dua varietas ini dijadikan satu, Salak Pondoh.Ihwal bantuan Pemkab terhadap pertanian salak, Imawan mengatakan DP3 rutin menggelar gerakan pengendalian lalat buah. Lalat buah akan membuat salak busuk, sehingga tidak layak jual.Gerakan pengendalian tersebut Dinas lakukan dengan mencampur air dengan petrogenol dalam botol yang telah dilubangi. Petrogenol dapat membunuh lalat buah.Adapun diversifikasi produk olahan salak asal Bumi Sembada, antara lain dodol salak, carica salak, sari salak, dan keripik salah. Harga Salak Pondoh per kilogram (kg) di tingkat petani mencapai Rp2.000– Rp3.000. Salak Madu Rp6.000–Rp7.000.Plt. Kepala DP3 Sleman, Suparmono menyampaikan bahwa harga jual Salak Madu Probo lebih tinggi dibandingkan Pondoh. Sebab itu, Dinas terus memberi pendampingan khususnya untuk pengembangan Salak Madu Probo.Selain pendampingan, DP3 telah memberikan mesin chopper ke beberapa kelompok tani pembudidaya salak. Mesin ini akan sangat membantu dalam mencacah pelepah salak sebagai bahan baku pupuk alami.Pembuatan pupuk tersebut akan semakin cepat dibuat menggunakan bantuan Pupuk Hayati Cair (PHC). Sebab itu, DP3 juga memberi bantuan PHC.“Kalau untuk Salak Pondoh ya tetap menjadi produk hortikultura unggulan di Kabupaten Sleman. Langkah-langkah strategis akan tetap kami lakukan di antaranya melalui peremajaan tanaman Salak Pondoh,” kata Suparmono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News