Warta Ekonomi, Bandung –
Kawasan Rebana, yang mencakup tujuh kabupaten/kota di Jawa Barat yakni Subang, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Sumedang, serta Kabupaten dan Kota Cirebon, terus berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.
Dalam dua hingga tiga tahun terakhir, kawasan ini mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan, menjadikannya penggerak utama ekonomi Jawa Barat dan nasional.
Rebana juga diprediksi akan menjadi pengungkit utama target pertumbuhan ekononomi nasional sebesar 8% pada 2029 mendatang. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dilakukan menggunakan metode Financial Programming Policy (FPP) dengan menurunkan hasil proyeksi nasional yang dilakukan oleh Bappenas memprediksi Kabupaten/Kota yang termasuk ke dalam kawasan Rebana memiliki rata-rata pertumbuhan di atas 10%, seiring dengan dimulainya konstruksi di Subang Smart Politan.
Konsultan Properti Knight Frank Indonesia mencatat sektor otomotif saat ini menjadi salah satu motor yang menggerakkan laju pertumbuhan bisnis kawasan industri. Berdasarkan wilayahnya, Knight Frank memprediksi kawasan industri di area Subang, Jawa Barat akan menjadi salah satu yang terakselerasi terlebih dengan masuknya produsen kendaran listrik BYD dan Vinfast.
Dari hasil riset Knight Frank, Subang memang menjadi wilayah perluasan kawasan industri sekitar Jabodetabek, wilayah ini memiliki stok lahan yang besar, harga yang lebih kompetitif, dekat dengan Pelabuhan Patimban, dan siap untuk orientasi ekspor, seperti otomotif. Karena itu wilayah ini memiliki prospek yang cemerlang untuk pengembangan sektor otomotif.
Begitupula di Majalengka. Setidaknya ada peluang kerja untuk sekitar 20 ribu orang dari berbagai disiplin ilmu, dan keterampilan untuk tujuh industri yang akan membangun pabriknya di kawasan Kertajati Industrial Estate Majalengka (KIEM), Desa Pakubeureum, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka.
PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO), emiten yang bergerak di industri pengolahan biji kakao dan cokelat baru saja membuka pabrik baru di Kabupaten Sumedang guna mengakselerasi produk mereka.
Baca Juga: Kadin Minta Pemerintah Terbitkan SK Pokja Percepatan KEK, KI dan PSN
Kawasan Metropolitan Rebana terus menarik perhatian dunia sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia usai Pemerintah Provinsi Jawa Barat membentuk Badan Pengelola (BP) Rebana pada 2023 lalu.
Digawangi Bernardus Djonoputro, BP Rebana sukses memainkan perannya mengkoordinir 7 pemerintah daerah, provinsi hingga investor dan lembaga donor yang tertarik berinvestasi di kawasan tersebut. Kawasan ini bahkanh bisa menjadi benchmark pengelolaan aglomerasi perkotaan.
Dengan investasi yang telah mengalir sebesar Rp15,4 triliun sepanjang Januari-Oktober 2024, kawasan ini tak hanya menjadi pusat industri masa depan, tetapi juga rumah bagi inovasi manufaktur dan teknologi modern.
Kepala BP Rebana Bernardus Djonoputro menjelaskan upaya pihaknya beserta tim BP Rebana menggali potensi besar kawasan ini. Menurutnya, Rebana memiliki posisi yang unik karena mencakup tujuh kabupaten/kota di Jawa Barat, dengan dukungan infrastruktur yang terus berkembang.
“Kawasan Rebana dirancang untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berbasis industri, logistik, dan inovasi teknologi. Dengan investasi sebesar Rp15,403 triliun yang telah mengalir, kami fokus menjadikan Rebana sebagai rumah bagi industri masa depan, termasuk manufaktur kendaraan listrik,” kata Bernardus, Jumat (13/12/2024).
Rebana telah dirancang dengan pendekatan ekosistem yang terintegrasi. Kawasan ini tidak hanya menjadi pusat industri, tetapi juga mendukung pengembangan sumber daya manusia melalui fasilitas pendidikan dan pelatihan kerja yang berkualitas.
Keberadaan BYD di Rebana merupakan salah satu contoh sukses bagaimana kawasan ini menarik investor global.
“Hadirnya BYD adalah bukti bahwa Rebana memiliki daya tarik global. Lokasi strategis, infrastruktur pendukung, dan kebijakan pro-investasi membuat kawasan ini ideal untuk industri manufaktur berteknologi tinggi,” ungkapnya.
Selain BYD, industri lainnya mulai tumbuh pesat di kawasan ini. Rebana kini menjadi rumah bagi ratusan perusahaan yang bergerak di berbagai sektor, dari industri tradisional hingga teknologi canggih.
Baca Juga: BI Jabar Dorong Stabilitas Ekonomi Jawa Barat Lewat Pengendalian Inflasi dan Digitalisasi
Industri manufaktur menjadi salah satu sektor yang paling menonjol di Rebana. Dengan dukungan infrastruktur modern, kawasan ini telah menciptakan ribuan lapangan kerja baru dan menarik tenaga kerja terampil dari berbagai daerah di Indonesia.
“Industri manufaktur di Rebana tumbuh dengan sangat pesat. Kami memastikan bahwa tenaga kerja yang tersedia memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan industri melalui program pelatihan dan pendidikan vokasi,” katanya.
Dia menambahkan bahwa terdapat lebih dari 475 lembaga pelatihan kerja yang telah terakreditasi di kawasan ini, dengan lebih dari 90.000 lulusan setiap tahunnya. Hal ini mendukung terciptanya ekosistem industri yang berdaya saing tinggi. Salah satu faktor utama yang menjadikan Rebana menarik bagi investor adalah infrastruktur yang terus berkembang. Pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan bandara yang terhubung langsung dengan kawasan ini menjadi daya tarik utama.
Melihat perkembangan saat ini, Rebana diproyeksikan menjadi salah satu kawasan ekonomi paling maju di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Dengan fokus pada industri ramah lingkungan, inovasi teknologi, dan keberlanjutan, kawasan ini diharapkan mampu menarik lebih banyak investor global.
“Kami optimis bahwa Rebana akan menjadi salah satu pusat ekonomi yang tidak hanya berkontribusi bagi Jawa Barat, tetapi juga bagi Indonesia secara keseluruhan. Kami terus berupaya memastikan bahwa investasi yang masuk memberikan manfaat maksimal bagi semua pihak,” katanya.
Bernie, sapaan akrabnya menilai, lewat BP Rebana, Jawa Barat bisa diperhitungkan oleh Pemerintah Pusat sebagai daerah yang sukses mengelola kawasan aglomerasi lewat tangan-tangan profesionalisme.
Baca Juga: Menko Airlangga Jabarkan Sejumlah Upaya Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi
“Jawa Barat sudah menjadi pionir, karena konsep badan pengelola tak hanya disini tapi juga di New York hingga Toronto. Jadi jika pemerintah akan membentuk kelembagaan yang sama di daerah lain, BP Rebana bisa jadi benchmark,” katanya.
Di luar itu, Rebana juga menjadi perhatian pendonor global. JICA misalnya, memberikan dukungan penyusunan masterplan dan grand desain Rebana. GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) adalah perusahaan internasional yang dimiliki oleh Pemerintah Federal Jerman dan beroperasi di lebih dari 130 negara memastikan komitmen untuk mendukung infrastruktur dasar persampahan TPPAS Cirebon Raya.
Sementara World Bank Group memberikan dukungan pembangunan kota layak huni melalui transformasi perkotaan. “Ada 5 lembaga donor dunia, 4 partner bidang teknologi hijau, 30 organisasi mitra, BP Rebana dikelola oleh anak-anak muda profesional.
“Sukses BP Rebana bisa menjadi peluang bagi kaum profesional jika diberi kepercayaan mengelola kelembagaan yang sama di daerah lain,” pungkasnya.