Mutiul Alim | Minggu, 16/10/2022 14:28 WIB
Ketua Organizing Committee (OC) NU Women, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar NU Women Festival, sebagai rangkaian peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama, pada Sabtu (16/10) kemarin.
Kegiatan ini bertujuan memperkuat kerja-kerja strategis berbasis akar rumput, terkait tiga isu strategis, yakni perlindungan perempuan dan anak, penanganan perubahan iklim dan pemberdayaan perempuan dalam ekonomi berkelanjutan.
Ketua Organizing Committee (OC) NU Women, Zannuba Ariffah Chafsoh mengatakan, pembentukan Perempuan NU (NU Women) adalah sebuah langkah progresif dalam menyikapi isu-isu perempuan yang sudah sejak lama mendera negeri dan dunia.
“Ini merupakan sebuah langkah yang sangat progresif. Perempuan NU ini sebenarnya ruang perjumpaan di antara banyak jaringan-jaringan NU. Selama ini memang sudah ada, tapi kita dipertemukan dalam sebuah gerakan besar,” kata perempuan yang akrab disapa Yenny Wahid ini.
NU Women, lanjut Yenny, sebagai ruang perjumpaan bagi para perempuan NU, baik yang tergabung dalam struktur maupun yang bergiat secara kultur. NU Women juga berperan sebagai sebuah konsolidator dan agregator bagi seluruh jaringan NU yang mengurusi masalah-masalah kewanitaan, agar terjadi sinergi yang lebih dinamis dan terarah dalam melaksanakan upaya untuk membawa maslahat di masyarakat.
Yenny Wahid menegaskan NU Women bukanlah sebuah badan otonom (Banom), tapi menjadi sebuah hub, atau sekretariat bersama, di mana stakeholdernya adalah semua Banom NU yang ada saat ini.
Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf dalam sambutannya mengatakan bahwa NU Women diharapkan masa depan perempuan yang lebih baik, pada kualitas perempuan yang lebih baik.
“Sehingga nanti Inshaallah dengan keyakinan yang dalam akan meningkatkan kualitas peradaban dalam corak besar masyarakat Indonesia, perempuan sebetulnya memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat,” ujar Yahya.
“Sehingga bila kita berbicara tentang kesetaraan gender dalam konteks budaya masyarakat Indonesia, hal itu dirasa kurang tepat. Yang perlu dipikirkan lebih dalam adalah bagaimana kita meningkatkan kualitas perempuan,” imbuh dia.
Sebagai salah satu komitmen dan tindak lanjut kerja-kerja strategis dan konkret NU Women ke depan untuk pemajuan perempuan NU, PBNU menyepakai Memorendum of Understanding (MoU) dengan sejumlah pihak, salah satunya dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPA) meningkatkan sinergitas bersama dalam perlindungan hak-hak perempuan dan anak.
Sejumlah menteri yang hadir dalam kegiatan ini Erick Tohir selaku Menteri BUMN yang juga ditunjuk sebagai Ketua Pengarah Satu Abad NU, Bintang Puspayoga Menteri PPPA RI, dan Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan RI.
TAGS : Perempuan NU Nahdlatul Ulama Yenny Wahid